Senin, 15 Agustus 2011

Kunci Sukses Keluarga Kristen

KUNCI SUKSES KELUARGA KRISTEN

I Korintus 11: 11 – 12

oleh : DS Pdt. T.M.Karo-karo,STh,MA

disampaikan pada Peneguhan Pernikahan

Hendrikus Nababan/GI Elpra Tiori Maria Sidabutar,STh

Di GMI Debora Sipoltong Distrik 3 Wil. I

Selasa 16 Agustus 2011

Ada banyak alasan manusia untuk menikah, antara lain:

  1. Biar saya mencintai dan dicintai
  2. “Saya ingin mendapatkan sesuatu yang dulu tidak pernah saya dapatkan dari keluarga saya.”
  3. “Saya tidak ingin kesepian.”
  4. “Saya tidak ingin menjalani kehidupan ini seorang diri.”
  5. “Saya ingin ada yang merawat dan menemani kalau saya tua nanti.”
  6. Agar saya memiliki keturunan
  7. dll

Saudara, jawaban-jawaban tersebut terdengar sangat logis dan tidak salah.Jawaban-jawaban itu menyiratkan egoisme dan egosentrisme, hanya berfokus pada kepentingan diri sendiri, harapan dan keinginan pribadi serta apa yang ingin kita dapatkan.

1. Pernikahan tidak selalu berisi apa yang akan kita dapatkan dari pasangan kita tetapi juga harus berisi apa yang akan saya berikan pada pasangan kita.

2. pernikahan tidak hanya berfokus pada apa yang akan kita dapatkan tetapi juga apa yang akan saya berikan.

3. Pernikahan yang hanya mengharapkan sesuatu ---adalah pernikahan yang tak seimbang---keropos dan rapuh.

Ibu Theresa pernah berkata, “Bagikan kasih ke mana saja Anda pergi; pertama di rumah Anda sendiri.

Pernikahan tanpa kasih/cinta akan penuh kesedihan, keluhan dan rintihan, air mata, kesia-siaan, haus akan cinta, perkelahian, penuh kehancuran hati.

Bagaimana hari-hari kehidupan kita jika kita tidak hidup di dalam kasih? Mungkin Anda dan saya perlu merenungkan hal berikut ini:

Dari bacaan kita, I Korintus 11: 11 – 12 kita dapat melihat beberapa pokok penting yang perlu kita pahami dalam kaitannya dengan hidup pernikahan dan membangun sebuah keluarga.

  1. Pernikahan adalah relasi dua arah dan seimbang.
  2. Kedudukan suami tidak lebih tinggi daripada istri. Begitu juga kedudukan istri tidak lebih tinggi daripada suami.
  3. Yang satu tidak lengkap tanpa yang lain.

Dari bacaan kita setidaknya ada empat (4) hal yang dapat kita lihat dan kembangkan sebagai dalam membangun sebuah pernikahan.

1. Pernikahan harus dilihat sebagai sebuah komitmen pada sebuah hubungan yang permanen.

Yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya adalah komitmen. Hidup pernikahan dibangun di atas serangkaian komitmen antara suami dan istri. Komitmen untuk saling mengasihi, saling menghargai, saling mengingatkan, saling mendoakan dan komitmen untuk menjalani kehidupan pernikahan sampai maut memisahkan. Oleh sebab itu, Yesus pernah berkata, “Apa yang telah dipersatukan oleh Allah jangan dipisahkan oleh manusia.”

Komitmen untuk mengasihi dan mencintai harus menjadi dasar hidup pernikahan.

Komitmen menjadikan rumah tangga kita semakin hari semakin kokoh dan semakin terasa menyenangkan.

2. Pernikahan harus dilihat sebagai sebuah panggilan untuk melayani dengan penuh kesetiaan.

Pernikahan adalah sebuah panggilan bagi masing-masing, suami dan istri, untuk melakukan yang terbaik bagi pasangannya. Alangkah indahnya sebuah rumah tangga yang di dalamnya satu sama lainnya terdorong untuk saling melayani dan saling memberi.

3. Pernikahan harus dilihat sebagai sebuah proses pemurnian.

Pernikahn adalah sebuah perpaduan dua pribadi, di mana masing-masing pribadi, suami dan istri, dengan kesadaran penuh memberikan sebagian ruang dalam hidupnya bagi pasangannya. Sehingga tidak ada lagi aku atau kamu. Yang ada adalah kita. Bukan kepentinganmu atau kepentinganku, yang ada adalah kepentingan kita bersama.

4. Pernikahan harus dilihat sebagai sebuah anugerah.

Tidak ada orang yang tidak senang menerima hadiah. Hadiah akan selalu disambut dengan sukacita dan rasa syukur sesederhana apa pun bentuknya.

Dengan memandang pernikahan sebagai sebuah hadiah, kita akan menjalaninya dengan penuh sukacita dan penuh rasa syukur, bukan sebagai beban apalagi sebagai penjara.

SELAMAT BERBAHAGIA!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar