Sabtu, 21 September 2013

Khotbah Minggu 22 September 2013
Di Kebaktian Gel.I GMI Kasih Karunia, Jln. Hang Tuah 2, Medan
Nats Alkitab : Lukas 16:1-13

       I.            Pendahuluan
Yesus bukan memuji ketidakjujuran orang itu, melainkan memuji kemampuannya melihat jauh ke depan dan melakukan perencanaan yang bijaksana. Persoalannya adalah ketidaksetiaannya dalam menjalankan tugasnya sebagai pengelola yang baik. Dia dipandang tidak setia  karena dia dipandang tidak mengerjakan dengan baik kewenangan atau kuasa yang dipercayakan kepadanya; ia sangat boros.
Ketidaksetiaannya bukan terletak pada tindakannya yang terakhir, melainkan pada pekerjaannya selama ini, pada cara pengurusannya yang boros. Itu sebabnya dia dipecat. Akan tetapi ia berusaha untuk memperbaiki segala sesuatunya pada kesempatannya yang terakhir itu dan berjuang untuk mendapatkan teman dan sahabat di saat yang terakhir.

Terjemahan “bendahara yang tidak jujur”  diterjemahkan dari : “oikonomon tes adikias” yang lebih tepat diterjemahkan : “bendahara yang berbuat salah”, kesalahan itu lebih mengarah kepada perbuatannya yang boros. Jadi kesalahannya lebih mengarah kepada “menata”, “penataan”  (penatalayanan) bukan kepada ketidakjujurannya.

    II.            Penjelasan Nats
Di Luk. 16:5-7, bendahara tersebut mengurangi jumlah hutang dari para krediturnya. Dengan pengurangan jumlah hutang tersebut para kreditur dapat membayar hutangnya dan pada akhirnya sang bendahara dapat membayar apa yang menjadi kewajibannya kepada sang pemilik  modal sehingga dia akhirnya dapat menyelamatkan masa depan dan kariernya. Uang yang menjadi hak tuannya tidak berkurang sedikit pun sehingga ia tidak jadi dipecat. Yang dia potong sebenarnya adalah apa yang menjadi hak keuntungannya dari menjalankan usaha tersebut. Dari perumpamaan Tuhan Yesus ini, kita dapat belajar bagaimana sang bendahara memikirkan masa depannya secara cerdik. Walaupun dia pernah berbuat kesalahan besar, tetapi dia segera memperbaikinya.

Apa yang dapat kita pelajari dari kehidupan sang bendahara dalam perumpamaan ini bagi kehidupan kita?
1.      Di dalam situasi kritis ia mengambil langkah yang tepat untuk masa depannya. Ia tidak mudah menyerah dan berputus asa saat menghadapi kegagalan. Ia tidak jatuh dalam keputusasaan atau meratapi keadaan melainkan berpikir taktis dan kreatif untuk mengatasi masalah yang ada dihadapannya.
2.      Ia tidak sembunyi dari masalah atau mencari kambing hitam dari masalahnya, melainkan menghadapinya dan menyelesaikannya.
3.    Ia adalah pribadi yang berorientasi pada penyelesaian masalah, bukan berfokus pada  masalah. Ia menggunakan uang yang ada dalam pengelolaannya untuk menjadi modal dalam membangun pertemanan, atau lebih tepatnya membeli pertemanan, dengan sesama yang dapat menolongnya kelak jika ia mendapat masalah, dipecat dari pekerjaannya, seperti ia pernah menolong mereka.

 III.            Menata Kehidupan di sekitar Pusaran Zaman

1.      Tanggap akan situasi Kritis dan tatalah masa depan dengan baik
2.      Jangan berputus asa saat menghadapi kegagalan
Jangan meratapi kegagalan, tapi belajarlah dari kegagalan sehingga akan mendapatkan tindakan yang tepat untuk menghadapinya. Ketika menghadapi kegagalan duduk dan intropeksi dirilah sehingga kita menemukan penyebab dari kegagalan tersebut. Ada suatu pelajaran yang sangat berharga yang dihadapi Yosua ketika mereka gagal menghancurkan kota Ai. Yosua 7:1-26
3.      Jangan lari dari masalah
Hadapilah masalah itu dengan kekuatan yang dari pada Tuhan, ingatlah bahwa masalah-masalah yang kita hadapi tidak melebihi kekuatan kita  Kor 10:13 : “ Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.”
Selain tidak melebihi kekuatan kita, ada satu tangan yang setiap saat tetap siap sedia menolong kita.

4.      Pergunakanlah seluruh potensi yang ada pada dirimu untruk membangun masa depan yang lebih cemerlang.
·         Sesungguhnya banyak potensi di dalam diri kita yang bisa kita pakai untuk membangun dan merencanakan masa depan
·         Kita diciptakan menurut rupa dan gambar Allah (imago Dei) Kejadian 1:26: Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi."
·         Termasuk kita pergunakan seluruh apa yang ada di dalam diri kita, baik yang kita miliki dan keahlian kita untuk melayani Tuhan yang telah memberikan jaminan masa depan kita di dalam KerajaanNya.





 IV.            Penutup
Bereskanlah segala sesuatu di hadapan Allah, selagi masih punya kesempatan, perbaikilah segala sesuatu yang perlu diperbaiki, sebelum tiba hari pertanggung-jawaban.


Medan 22 September 2013


Pdt. T.M. Karo-karo,STh,MA

Jumat, 20 September 2013

Bahan Sermon Majelis, Lay Speaker
GMI Kasih Karunia, Jalan Hang Tuah 2 Medan
Jumaat   20 September 2013
Nats Alkitab : I Timotius 2:1-7
Thema: “Doa Syafaat untuk para pemimpin bangsa”

        I.            Pendahuluan
Surat ini ditulis oleh Paulus kepada Timotius yang ketika itu mengemban suatu tugas  pembinaan Jemaat-jemaat  di Efesus (1:3), khususnya dalam menanggulangi ajaran-ajaran sesat.  Paulus menulis surat ini untuk memberi petunjuk-petunjuk kepada muridnya bagaimana sebaiknya menata jemaat dan melawan ajaran-ajaran sesat.

Surat ini memberikan kesan bahwa Rasul Paulus sedang menyiapkan Timotius  untuk mengambil-alih  tugas dari padanya sebagai generasi penerus pelayan di tengah-tengah gereja.
                                                                  
      II.            Doa Syafaat
Arti dari  doa syafaat adalah berdoa untuk orang lain. Focus dari doa syafaat adalah orang lain di luar dari diri kita, bahkan di luar dari komunitas kita. Jadi dengan  berdoa syafaat kita menunjukkan keperdulian kepada orang lain, perduli atas keselamatan mereka, perduli atas kebijaksanaan dan bahkan keperdulian terhadap diri mereka. Tidak dibatasi oleh agama, golongan, status sosial.
Doa syafaat bersifat umum, kalau di dalam doa  pribadi kita berfokus pada pergumulan kita secara pribadi maka di dalam doa syafaat focusnya adalah kepentingan umum atau kepentingan bersama.
Di dalam ayat 1-2, himbauan dari Paulus kepada Timotius supaya di dalam pelayanannya dia memperhatikan dan berdoa untuk semua orang :
1.      Untuk semua orang
‘Semua orang” mengarah kepada masyarakat umum yang ada di dalam lingkungan kita masing-masing, sebab dengan baiknya kwalitas hidup masyrakat di sekitar kita bagaimanapun akan mempengaruhi ketenteraman dan kedamaian di tengah-tengah orang percaya yang ada di sekitar komunitas tersebut.  Oleh sebab itu berdoa syafaat untuk semua orang berarti berdoa untuk kepentingan umum yang di dalamnya sudah termasuk komunitas orang-orang percaya.

2.      Raja-raja dan Pembesar
Doa syafaat untuk raja-raja dan semua pembesar dapat dikatakan  suatu tindakan yang luar biasa pada waktu itu, karena  mereka berdoa untuk orang yang menganiaya mereka pada saat itu, berhubung mereka kerapkali menerima penindasan  dari para penguasa pada saat itu, sebab itu orang Kristen cenderung membenci para pemerintah “kafir”. Tetapi sekarang  Paulus mengajarkan  untuk mendoakan raja-raja dan para pembesar, sekalipun mereka “kafir”  dengan alasan sbb:
·         Para penguasa adalah juga orang-orang yang perlu diselamatkan oleh Kristus
Kasih Allah adalah universal, oleh sebab itu Ia menginginkan keselamatan untuk semua orang tanpa membedakan suka bangsa, dan pengetahuan akan kebenaran yang sejati itu juga harus diberitakan kepada mereka.
·         Mereka adalah alat dan hamba Allah yang bertugas untuk mengatur kebaikan hidup  warga negaranya (Roma 13:1-7). Tugas ini hanya bisa mereka lakukan dengan baik  bila mereka diperlengkapi dengan hikmat Allah. Oleh sebab itu orang-orang Kristen perlu mendoakan para penguasa.
3.      mm

    III.            Refleksi/Aplikasi
1)      Doa adalah nafas hidup orang Kristen, orang Kristen yang tidak berdoa adalah orang Kristen yang tidak bernafas. Di samping mengucap syukur kepada Allah di dalam doa kita, kita juga berdoa kepadaNya berhubungan dengan pergumulan hidup kita secara pribadi, agar Tuhan memperlengkapi dan menolong kita dalam menghadapi berbagai-bagai macam pergumulan dalam hidup kita. Oleh sebab itu mari kita buat doa itu sebagai suatu kebutuhan yang sentral di dalam kehidupan kita.

2)      Disamping doa untuk pribadi, kita juga sebagai komunitas orang-orang Kristen dianjurkan untuk “berdoa syafaat” untuk semua orang. Karena Allah ingin semua orang diselamatkan dan dengan kebaikan semua orang maka akan berimbas kepada kebaikan dan ketenangan hidup orang-orang percaya juga. Dengan berdoa syafaat, juga menunjukkan keperdulian kita sebagai umat Kristen bagi kepentingan bersama.

3)      Mendoakan “pemimpin” (pemerintahan), baik pemimpi n yang percaya kepada Tuhan (juga pemimpin lainnya) sangat penting sekali kita lakukan sebagai orang yang percaya kepada Tuhan. Karena mereka juga adalah suatu alat bagi Tuhan untuk memberikan kenyamanan, kesejahteraan, dan keamanan bagi masyrakat umum termasuk di dalamnya orang-orang percaya.

Medan 20 September 2013
Pdt. T.M. Karo-karo,STh,MA

Kepustakaan:
Budiman R., Tafsiran Alkitab Surat-surat Pastoral I, II Timotius dan Titus, BPK Gunung Mulia,
            Jakarta 1984
Stibbs, “Tafsiran I,II Timotius” dalam Tafsiran Alkitab Masakini 3, Yayasan Komunikasi Bina kasih/
            OMF, Jakarta 1999