Minggu, 24 Februari 2013


Ringkasan Khotbah:
“TUNJUKKAN IDENTITASMU”
Lukas 13:31-35
Khotbah Minggu 24 Feb 2013 di GMI Syaloom, Sidikalang
Oleh: DS Pdt. T.M. karo-karo,STh, MA

Bagian yang disaksikan dalam Injil Lukas 13:31-35 merupakan berita yang paling mengesankan tentang pekerjaan penyelamatan yang dilakukan Yesus. Dalam kesaksian pada Injil Lukas tsb, ada informasi penting tentang orang Farisi. Ternyata tidak semua orang Farisi membenci Yesus. Di antara mereka ada yang mengingatkan Yesus, bahwa Dia sedang dalam bahaya, sebaiknya Yesus segera pergi dari tempat itu demi keamananNya. Orang-orang Yahudi sendiri tahu, ada orang Farisi yang baik dan ada yang jahat.
Orang Farisi dibagi dalam 7 kelompok :
1.    Orang Farisi pundak: mereka kian kemari membawa perbuatan baik untuk dipamerkan.
2.    Orang Farisi penunda: beralasan menunda perbuatan baik sampai esok hari.
3.    Orang Farisi luka. Mereka mengeluarkan darah            : Tak ada Rabbi Yahudi – yang sengaja berbicara dengan wanita di jalan – bahkan ada yang menutup mata untuk menghindarinya; maka mereka membenturkan diri ketembok – sampai luka; sebagai “tanda khusus kesalehan mereka”.
4.    Orang Farisi berpunuk: berjalan membungkuk, biar disebut rendah hati, walau itu hanya berpura-pura (munafik).
5.    Orang Farisi yang menghitung-hitung: suka menghitung perbuatan baik – seakan memperhitungkan untung rugi dengan Allah.
6.    Orang Farisi yang takut-takutan: takut akan murka Allah, agamanya bukan menolong, tapi mengancam mereka.
7.    Orang Farisi yang mengasihi Tuhan: meniru seperti Abraham yang hidup dalam iman dan pengasihan.
Gambaran sementara, seakan setiap satu orang Farisi yang baik, terdapat enam yang tidak baik, 6 munafik + 1 yang saleh.
Sebenarnya, bukan hanya Orang Farisi  yang mempunyai ciri seperti di atas, Orang Kristen juga berada dalam keberagaman seperti orang Farisi. Oleh sebab itu perlu melihat diri sendiri, menyadari dengan rendah hati di mana keberadaan kita dan marilah kita berubah, agar kekristenan kita menjadi kekristenan yang benar di hadapan Tuhan.

Yesus menyadari bahaya yang diberitakan oleh Orang Farisi tersebut,  tapi  bagi Yesus lebih baik melaksanakan kehendak Bapa di sorga dari pada menghindar dari peristiwa penderitaan.
1.     Anak manusia harus menderita di Yerusalem
2.     Ada harga yang harus dibayar untuk melaksanakan kehendak Bapa.
Di dalam perikop ini secara gamblang Yesus membuka identitasnya secara seutuhnya sebagai Mesias, anak manusia, anak domba Allah yang harus menderita untuk melakukan missi Allah. Dia tahu bahwa penderitaan yang Dia hadapi demikian mengerikan, tapi karena identitasnya sebagai Anak Domba Allah Dia harus mengahadapi itu semua. Bagi melaksanakan kehndak Bapa adalah segala-galanya.

Aplikasi

Apa identitas kita yang paling berharga, tidak lain adalah sebagai nama julukan KRISTEN, pengikut Kristus. Beranikah kita menunjukkan identitas itu di segala tempat? Bukan hanya di gereja, di lingkungan Kristen saja, tapi di segala tempat dan di dalam seluruh aktivitas hidup:
1.     Di tempat kerja dan saat bekerja
2.     Di lingkungan tempat tinggal dan saat bersosialisasi
3.     Bahkan di segala tempat yang mungkin tidak mendukung
Ingat Kekritenan kita bukan dibatasi oleh tembok gereja, tapi di dunia dengan segala macam pergumulan dan aneka macam manusianya. Kalau anda di gereja Kristen maka di luar gerejapun harus Kristen secara seutuhnya.

Hari ini kita akan melantik: majelis dan juga lay speaker di gereja ini, saya katakana kepada yang akan dilantik, tunjukkan identitasmu sebagai seorang Kristen dimanapun, bahkan ada suatu identitas khusus yang anda harus tunjukkan: sebagai hamba Tuhan yang melaksanakan kehendak Tuhan.  Amin,-

Jumat, 22 Februari 2013


TIM KKR GMI DISTRIK 3 WI.I MELAYANI DI DESA SIGEDANG
Prinsip pelayanan bagi Tim KKR Distrik 3 Wil. I adalah “pantang menyerah” dalam menghadapi tantangan di dalam pelayanan. Baik itu tantangan medan pelayananan yang demikian sulit, hal ini dibuktikan Tim pernah melayani ke Pulau Nias dua tahun yang lalu. Kali ini pada tanggal 21 Februari 2013 Tim ini mengadakan KKR di Loosd Desa Sigedang bersama dengan GMI Sigedang.
Desa Sigedang masuk di wilayah Kecamatan Tanah Pinem, Kab. Dairi, tapi untuk menjangkau daerah ini harus melalui Desa Juhar Simbelang Kabupaten Karo, lk. 20 Km dari Desa tersebut. Tim yang berangkat ada sebanyak 10 orang, dari Juhar tim dibagi dua: 5 orang naik Toyota Hardtop membawa peralatan dan seluruh perlengkapan, sedangkan 5 orang lagi naik sepeda motor yang dikomandoi oleh DS. Jalan menuju daerah itu  sangat sulit, jurang yang terjal, becek, sehingga beberapa kali ada anggota tim yang terjatuh, tapi puji Tuhan pkl. 16.oo Tim sampai dengan selamat di desa tersebut dengan disambut dengan sukacita oleh warga jemaat.
Malam pkl. 20.oo KKR dimulai dengan dihadiri oleh warga jemaat l.k 200 orang, baik warga GMI, dan gereja tetangga dan juga masyarakat yang belum beragama. Firman Tuhan dalam KKR ini disampaikan oleh Pdt. Guntur Ginting,STh,M.Psi dengan mengupas Nats dari Matius 6:33. Hamba Tuhan ini dengan tuntas tapi sederhana dan dalam bahasa Karo menyampaikan nats tersebut; dan disambut dengan antusias oleh Jemaat.





Mari kita terus doakan Jemaat ini, jumlah mereka ada 54 KK, mereka sangat membutuhkan hamba Tuhan yang bisa melayani secara Full time; dan dalam waktu dekat mereka berencana membangun Pastori untuk tempat hamba Tuhan yang akan diutus Tuhan. Haleluya. 

Sabtu, 09 Februari 2013


Khotbah Minggu 10 Februari 2013
Di GMI Tanjung Keliling dan GMI “Manna” Kuala Distrik 1 Wil.I
Nats    : Lukas 9:28-36
“Yesus ber-transfigurasi”

Pendahuluan
Peristiwa ketika Yesus berubah rupa (Transfigurasi) di atas sebuah gunung dalam nats injil Lukas  9 ini, juga dicatat dalam injil Matius 17 : 1-13; Markus. Ketiganya mencatat dengan persis  peristiwa tersebut, hal ini menguatkan bahwa peristiwa itu adalah benar-benar terjadi.
Menurut ketiga injil synoptic tersebut, peristiwa ini terjadi 8 hari (versi Markus : 6 hari) setelah Yesus berbicara dengan murid-murid-Nya di daerah Kaisarea Filipi. Ketika itu Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" (lih. Luk 9:18;Mark 8:29;Mat 16:15), kemudian Petrus menjawab: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!".
Ini merupakan awal dari pengenalan murid-murid-Nya bahwa Yesus  adalah Mesias "Anak Allah". Yesus memberitahukan bahwa: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat bahwa Kerajaan Allah telah datang dengan kuasa." (Mark 9:1; Mat 16:28; Luk 9:27). Dan itulah yang terjadi seminggu kemudian.

Setting Kejadian
Ketika itu Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya naik ke sebuah gunung yang tinggi untuk berdoa. Ketika Yesus sedang berdoa, ketiga muridNya itu melihat Dia berubah rupa, wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi sangat putih berkilat-kilat, berkilau-kilauan, bersinar seperti terang dan nampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus. Keduanya menampakkan diri dalam kemuliaan dan berbicara tentang tujuan kepergian-Nya yang akan digenapi-Nya di Yerusalem (Luk 9:31).
 Lalu melihat itu, secara spontan Petrus berkata : "Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." Perkataan Petrus yang spontan itu sebenarnya adalah karena ketakutannya, sebab dia tidak tahu lagi yang harus dikatakannya. Peristiwa ini membuat Petrus, Yakobus dan Yohanes bahagia sekaligus takut, disatu pihak mereka ingin menikmati pengalaman yang indah itu untuk seterusnya, dengan keinginan membuat kemah masing-masing bagi Yesus, Elia dan Musa. Dan di lain pihak mereka tersungkur dengan penuh ketakutan. Tujuan Yesus memberikan mereka pengalaman rohani ini, agar mereka siap menghadapi masa-masa sukar yang telah diberitahukan-Nya kepada mereka.
 Ketika Petrus berkata-kata lalu turunlah awan yang terang menaungi mereka dan mereka ketakutan dan terdengarlah suara dari dalam awan itu, yang berkata: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia”. Mendengar itu tersungkurlah murid-murid-Nya dan mereka sangat ketakutan. Inilah proklamasi yang kedua tentang siapa Yesus, setelah proklamasi yang pertama ketika Yesus dibaptis (Mat. 3:17).  Ini merupakan deklarasi Allah tentang identitas Yesus. Ia adalah Anak Allah.
Ketika mereka mau turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka: "Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorangpun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati." Maka murid-murid itu merahasiakannya, dan pada masa itu mereka tidak menceriterakan kepada siapapun apa yang telah mereka lihat itu.(Luk 9:36). Mereka memegang pesan tadi, namun mereka masih bingung dan mempersoalkan di antara mereka tentang apa yang dimaksud oleh Yesus dengan "bangkit dari antara orang mati."(Mark 9:10).
Setelah peristiwa itu, pikiran ketiga murid Yesus itu selalu berkecamuk dan penuh pertanyaan yang mereka tidak bisa mengerti, lalu mereka memberanikan diri untuk bertanya kepada Yesus : "Kalau demikian mengapa ahli-ahli Taurat berkata bahwa Elia harus datang dahulu?" Jawab Yesus: "Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu dan Aku berkata kepadamu: Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka, sesuai dengan yang ada tertulis tentang dia. Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh mereka." (Mark 9:11-13). Pada waktu itu mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes Pembaptis. (Mat 17: 13)

Penjelasan
Ketiga murid Yesus telah menjadi saksi mata atas peristiwa tersebut, maka selain dicatat dalam ketiga injil synoptic, juga ada kesaksian dari Yohanes dan Petrus tentang peristiwa itu, yaitu :
Yohanes memberi kesaksian : “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran”.(Yoh.1:1)
Petrus juga membuat kesaksian tentang kejadian ini : "Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya. Kami menyaksikan, bagaimana Ia menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa, ketika datang kepada-Nya suara dari Yang Mahamulia, yang mengatakan: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan." Suara itu kami dengar datang dari sorga, ketika kami bersama-sama dengan Dia di atas gunung yang kudus. (2 Petrus 1:16-18).    
Mengapa Musa dan Elia yang harus tampak dalam peristiwa tersebut? Ada beberapa hal istimewa yang kita lihat dari kedua orang ini :
Musa adalah seorang nabi yang memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir. Musa adalah orang yang dipakai Tuhan untuk menjalankan misi Tuhan, menyelamatkan bangsa Israel. Musa juga adalah satu-satunya nabi yang diperkenankan Tuhan untuk dapat berkomunikasi langsung denganNya, muka dengan muka (Kel 33:11), sehingga wajah Musa pun bercahaya (Kel 34:29) Sehingga ketika Musa kembali kepada bangsa itu, bangsa itu tidak tahan melihat muka Musa, dan memohon agar Musa menutup wajahnya dengan selubung (Kel 34:35). Demikian juga dengan kematian Musa seorang pun tidak ada yang tahu, ini merupakan suatu rahasia, Tuhan lah yang mengetahuinya.Musa meninggal di gunung Nebo, tetapi jasadnya dikuburkan sendiri oleh Tuhan, dan tidak seorangpun yang tahu dimana kuburannya. (Ul. 34:1-12). Bahkan Malaikat Michael pernah bertengkar dengan Iblis dalam perselisihan tentang siapa yang akan mendapat mayat Musa (lih Judas 1:9)
Nabi Elia adalah juga nabi yang diperkenankan Tuhan menurunkan api dari langit (1 Raj 18:36-38). Elia juga mati tidak dikuburkan tetapi dia diangkatkan oleh Allah langsung ke surga. (2 Raj 2:11-12; bnd Kej 5:24).
Musa dan Elia mewakili dua hal penting dalam dunia Perjanjian Lama. Musa sebagai penerima Hukum Taurat dan Elia sebagai nabi.
Perubahan (transfigurasi) diri Yesus di atas gunung ini merupakan suatu pernyataan diri Yesus sebagai Putra Allah yang berkuasa. Ia berkuasa melampaui segala aturan Hukum (Musa) dan melampau segala nabi (Elia). Ia juga Raja yang berkuasa atas hidup dan mati 
Perubahan diri Yesus di gunung adalah suatu gambaran akan masa depan di mana setelah melewati jalan penderitaan dan kematian, Yesus akan tampil perkasa sebagai Raja atas alam semesta. Segala sesuatu berada di bawah kuasaNya.

Aplikasi Sederhana
Peristiwa ketika Yesus dipermuliakan di atas gunung, seharusnya meneguhkan keyakinan kita dan menepis segala keraguan tentang ke-Illahian-an Yesus,  Yesus adalah Kristus Anak Allah, tidak boleh ada keraguan tentang hal itu. Peristiwa ini sering juga disebut sebagai “transfigurasi Yesus”. Jadi dengan peristiwa transfigurasi ini kita dapat mendapat pelajaran yang penting di dalam hidup kita:
1.      Yesus itu adalah Anak Allah, Dialah yang telah diutus oleh Allah untuk menjadi mesias bagi manusia.
2.      Dia adalah Mulia, kudus, maka setiap orang yang menyembah Dia harus memuliakan Dia di dalam hidupnya, terlebih menjaga kekudusan hidupnya.
3.      Kemuliaan Tuhan itu akan memberi sinar kepada orang yang menyembah Dia, tetapi kita jangan terlena akan kemualiaan yang kita terima itu, karena itu kita terima karena kita menyembah Dia. Tetapi yang paling penting sebarkan dan beritakan kemuliaanNya dan tunjukkanlah kekudusan  dalam hidupn kita.
Kesaksian tentang kemuliaan Allah yang dinyatakan kepada murid-muridNya kala itu,  harus menjadi kesaksian kita bahwa kemuliaan Allah selalu nyata dalam kehidupan kita. Mungkin ada banyak perbuatan Allah yang tidak dapat kita dimengerti secara manusiawi, namun dengan pemahaman rohani yang benar kita akan mengerti pada akhirnya.
Ketika menyaksikan kemuliaan Allah dalam hidup kita, maka kita juga harus memiliki pengharapan untuk memperoleh kemuliaan bersama-sama dengan Dia kelak,  sebab DIa datang untuk membawa kita kepada kemuliaan melalui kematian dan kebangkitan-Nya. AMIN !

Kamis, 07 Februari 2013


KHOTBAH MINGGU 25 NOPEMBER 2012
DI GMI KASIH KARUNIA, JALAN HANG TUAH  3 MEDAN
Nats Alkitab : 1 Tesalonika 4:13-18
Thema            : Berpengharapan dan hidup Kudus
Oleh: DS Pdt. T.M. Karo-karo,STh,MA


        I.            Pendahuluan
Minggu ini dalam Almanak kita disebut “Minggu Kristus Raja”, dalam almanak sebelumnya lebih dikenal  dengan sebutan “Minggu akhir Tahun gereja”. Minggu depan kita memasuki minggu Advent I sebagai awal tahun gereja. Apa itu Minggu Kristus raja?  Minggu Kristus Raja merupakan hari Minggu penutup Tahun Liturgi Gereja, sekaligus saat untuk menyambut Adven, sehingga menjadi istimewa. Hari raya ini mengarahkan gereja kepada zaman penyelesaian akhir karya keselamatan Allah di dalam Kristus (Mat. 3:2; 4:17; 10:7; Luk. 9:2; 2 Ptr. 1:16; bnd. Mrk. 15:18; Luk. 23:3, 37, 38; Yoh. 19:3, 14). Saat ini gereja masih menantikan langit dan bumi yang baru di mana Kristus Sang Raja akan datang kembali sebagai Hakim untuk menyelesaikan segala sesuatunya dan menaklukkan segala sesuatu, sehingga “Allah menjadi semua di dalam semua” (1 Kor. 15:28; 1 Tim. 6:16; Why. 21-22). Inilah tujuan seluruh sejarah manusia dan seluruh sejarah gereja.
Dalam rentang waktu antara kedatangan Kristus yang pertama dan kedatangan-Nya yang kedua kalinya hiduplah gereja. Gereja hidup, bergerak, dan berziarah menuju kepada janji kepenuhan hari penyelamatan Allah yang di satu pihak sudah terlaksana di dalam Kristus dan di lain pihak bergerak dalam rangka sejarah dunia kepada penyelesaian akhirnya. Dalam rentang waktu itulah gereja berliturgi untuk memuliakan Allah dan dengan demikian juga membawa manusia kepada kekudusan.
Suatu tradisi yang yang sering dilakukan oleh gereja pada minggu ini (di toba) biasanya warga jemaat datang ke gereja berpakaian serba hitam. Nama-nama warga jemaat yang telah meninggal dunia selama setahun ini dibacakan/ditingtingkan.  Minggu ini secara khusus diberikan waktu kepada jemaat untuk mengingat kembali  keluarga yang telah lebih dahulu meninggal dunia. Tetapi sesungguhnya intinya  lebih mengarah kepada  “bagaimana supaya jemaat mengingat masa parusia” kedatangan Yesus yang kedua kali” dan jangan lupa mempersiakan diri untuk menyambutNya.

     II.            Berpengharapan dan hidup Kudus

Tujuan Paulus mengingatkan jemaat tentang Parusia adalah supaya jemaat tetap mempunyai pengharapan dan di dalam hidup tetap menjaga kekudusan. Karena pengharapan dan kekudusan itu sangat erat sekali hubungannya. Orang yang tidak mempunyai harapan maka dia tidak akan mau berjuang.
Ketika saya diangkat sebagai DS di Nias, saya mempunyai suatu harapan ( bisa harapan duniawi atau rohani). Harapan saya sederhana, GMI di sana bisa jadi suatu alat untuk  kemuliaan Tuhan, selanjutnya harapan saya---nanti GMI di sana bukan hanya di Nias selatan, tapi ke utara, induk, barat bahkan ke Pulau Telo. Sehingga  kami bersama dengan jemaat yang ada punya semangat, aksi, tindakan. Dll.

Ada pengharapan anda----maka akan ada aksi anda untuk menjaga kekudusan.
Paulus bertujuan untuk tetap menjaga pengharapan warga jemaat, sehingga ini akan menolong mereka untuk menjaga kekudusan mereka.

  III.            Pengharapan membuat anda untuk tetap siap sedia.
Saya pernah mendengar cerita tentang perjalanan Colombus dalam menemukan benua yang baru. Katanya, pernah terjadi ketika Colombus berlabuh di sebuah pulai kecil, beberapa anak buahnya tertinggal di pulau itu.

Setelah Colombus menyadari bahwa ada beberapa anak buahnya yang tertinggal, di carilah jalan untuk kembali ke pulau kecil itu. Tapi sayangnya, berhari-hari, berbulan-bulan tak bisa juga, akhirnya  ternyata kapal Colombus itu menemukan jalan kembali.

Sampai akhirnya, setelah berbulan-bulan lamanya, ketemu juga tuh pulau kecil itu. Yang mengherankan adalah, ketika Colombus datang untuk menjemput anak buahnya yang tertinggal itu, ternyata para anak buahnya itu sudah bersiap-siap dan berkemas seakan tahu bahwa hari itu Colombus datang menjemput mereka yang tertinggal di pulau kecil itu.

"Lah, kok kalian udah siap-siap gini sih?? Darimana kalian tahu hari ini saya bisa ketemu kalian di pulau kecil ini??" tanya Colombus.

"Oh, tidak kapten, kami tidak tahu kapan kapten datang kembali untuk menjemput kami. Tapi setiap hari kami selalu saling mengingatkan setiap hari: woii, beres-beres semua ya, siapa tahu kapten datang hari ini"

Apa yang dirasakan oleh para anak buah yang tertinggal di pulau kecil tadi itu sebetulnya hal itu juga yang menjadi perasaan dan pengharapan mereka, jemaat di Tesalonika: Mereka menanti kedatangan bos dan mereka berharap bos cepat datang dan akan datang di hari itu.

Akan tetapi, ternyata bagi jemaat di Tesalonika, bos nya belum datang-datang. Tuhan maksudnya yang belum datang-datang.

Pengharapan membuat anda selalu bersiap-siap.


  IV.            Kesiapan menunggu Tuhan berarti  juga siap menghadapi realita Kematian

Ada sebuah keluarga yang mempunyai  seorang oppug yang sudah sangat tua, ma demi adat maka keluarga itu sudah mempersiapkan “sigagat duhut (kerbau)” untuk acara adat oppung tersebut  (karena adat Toba). Tapi ternyata dia yang lebih dahulu meninggal dari pada oppungnya. Artinya kita tidak tahu kapan Yesus datang kedunia ini untuk yang kedua kali, tetapi juga kita tidak tahu kapan kita akan dipanggil oleh Bapa yang di sorga.

Kematian itu sejatinya: menakutkan, mengerikan, mendukakan. Bagi orang yang biasa/hidupnya lancer  hendaknya jangan ada kematian.

Tapi sebaliknya bagi sebagian orang ada yang mencari kematian:
·        Dua anak kandungnya ditenggelamkan dalam bak sampai mati---lalu dia bunuh diri
·        Ibu minum racun
·        Ibu membakar anaknya
Ini bagi orang-orang yang ada masalah.
Jadi jangat takut terhadap kematian, tetapi juga jangan cari mati, yang lebih penting bersip-siaplah senantiasa untuk menghadapi kematian---jangan ceroboh hari esok bukan untukmu, tapi pergunakanlah hari ini, hari yang telah diberikan Tuhan untuk mempersipkan dirimu dan jangan lupa mensyukuri hari kemarin.

Illustrasi:
ada suatu perjalanan liburan, sebuah keluarga pergi dengan mobil mereka menuju lokasi wisata, dan dengan jendela kaca yang diturunkan, mereka dapat menikmaai kehangatan matahari pagi yang cerah. Namun tiba-tiba seeokor lebah masuk ke dalam mobil itu dan berputar-putar di dalam mobil. Salah seorang anak perempan kecil di dalam mobil itu sangat alergi terhadap sengatan lebah, yang dapat mengancam jiwanya dalam beberapa jam saja jika disengat lebah.
“Aduh Ayah! Dia berteriak karena ketakutan, “Ini lebah, ia akan segera menyengat aku!” Sang ayah mencoba menghentikan mobil dan mencoba menangkap lebah itu. Lebah itu terbang tepat mengarah kepadanya dan tiba-tiba menghantam kaca depan mobil, saat itulah tepat sang Ayah menangkap lebah itu dengan kedua tangannya. Pada saat menggenggam lebah itu, tangan sang ayah pun disengat lebah itu dan rasa cukup perih akibat sengatan lebah itu dirasakan oleh sang ayah.
Kemudian sang ayah melepaskan lagi lebah itu dari tangannya. Namun ternyata lebah itu masuk lagi  ke dalam mobil. Anak perempuan itu seketika kembali panik dan berteriak “Ayah! Lebah itu akan menyengat saya lagi lagi! Dengan tenang sang ayah menjawab “Tidak sayang, dia tidak akan menyengatmu lagi. Lihat tangan ayah.” Sengat lebah itu tertancap di tangan sang ayah.
Refleksi:
Di dalam kitab 1 Korintus 15:55-57 Paulus menuliskan: “Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?” Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.” Ketika Yesus disalibkan, disana Ia mempersembahkan diri-Nya untuk mati bagi dosa-dosa manusia, ketika Ia menampakkan diri kepada murid-murid-Nya, Ia menunjukkan kedua belah tangan-Nya yang berlubang bekas tusukan paku salib. Sengat maut/ dosa sudah dicabut oleh kematian Yesus Kristus, dan setiap orang yang percaya pada-Nya telah dibebaskan dari sengat maut dan dari kuasa dosa.