Senin, 31 Desember 2012


LITURGI PELETAKAN BATU PENJURU GEDUNG GEREJA
DISTRIK 3 WILAYAH I
(Acara setelah selesai Khotbah dalam Keb. Minggu)

Bshp    :  Menjadi kemuliaan Allah Bapa untuk melayani Tuhan dan     GerejaNya dan kehadiran Roh Kudus.
J           :  Kami   meletakan batu penjuru  Gereja ini
Bshp    :  Menjadi Gereja   dimana Yesus Kristus adalah batu penjuru, tiang     dan dasar yang sebenarnya.
J           Kami  meletakan batu penjuru  Gereja ini
Bshp   : Menjadi Gereja, yang didirikan sebagai tanda gereja yang am dan berbatu penjuru kebenaran, kepercayaan serta pengharapan yang kekal.     .
J           Kami  meletakan batu penjuru  Gereja ini
Bshp    :  Menjadi Gereja   untuk  melaksanakan Ibadah dan pemberitaan       keselamatan karena Anugerah.
J           Kami  meletakan batu penjuru  Gereja ini
Bshp    :  Menjadi tempat  persekutuan pelayanan diakonia, doa dan ibadah
               umat Tuhan.
 J          Kami  meletakan batu penjuru  Gereja ini
Bshp   :   Menjad Gereja  yang menjunjung tinggi Pelayanan Firman Allah  dan hidup orang-orang yang saleh karena keselamatan yang daripada Anugrah Allah demi Yesus Kristus
J           Kami  meletakan batu penjuru  Gereja ini
Bshp  :  Menjadi Gereja  yang mengajarkan pengajaran kebapaan dari Allah  dan persaudaraan dari setiap manusia
J           Kami  meletakan batu penjuru  Gereja ini
Bshp   :   Menjadi gereja yang terlibat pelayanan sosial yang menjadi berkat bagi manusia
J           Kami  meletakan batu penjuru  Gereja ini
Bshp   :   Menjadi Gereja  yang berkuasa membaharui  dan menyucikan umat     dan mengasihi orang-orang yang memuliakan Kristus di dalam pelayanan sesama manusia.
J           Kami  meletakan batu penjuru  Gereja ini
Bshp   :   Menjadi Gereja  yang terbuka bagi segenap manusia , kaya atau miskin, hidup terjamin atau terlantar dan hidup yang membutuhkan pertolongan Tuhan.
J           Kami  meletakan batu penjuru  Gereja ini
Bshp   :   Menjadi Gereja  yang mengumpulkan anak-anak  dan membimbing mereka kepada Kristus, dimana mereka akan bertambah dewasa dan yang tidak pernah hilang dari kandang Domba Allah.
J           Kami  meletakan batu penjuru  Gereja ini
Bshp   :   Menjadi Gereja  yang berpegang kepada dua dunia dan berdiri untuk yang tidak namapak  dan kekal selama-lamanya, serta memberikan hidup yang berlimpah-limpah dari zaman ke zaman.
J           Kami  meletakan batu penjuru  Gereja ini             
Bshp    :      Di dalam kasih, untuk mengingat orang yang telah mendahului      kita, dan yang telah memberikan hati dan pikiran untuk       melayani gereja ini, dan mengucapkan terima kasih kepada           setiap orang percaya yang membantu  pembangunan gedung gereja ini, kepada semua orang yang mendapat berkat rohani dan  pengharapan, kepada semua orang yang beribadah dalam gereja ini untuk masa yang akan datang.
J        :     Kani meletakkan batu penjuru Gereja   ini di dalam nama Allah     Yang Maha Kuasa, Bapa, Anak dan Roh
               Kudus, dari sekarang sampai selama-lamanya. Amen.
1.      Meletakkan Batu Penjuru
·         Pimpinan Distrik 3 Wil. I : DS Pdt. T.M.Karo-karo,STh,MA
·         Pemerintah Setempat
·         Undangan/Tamu
·         Pimpinan Jemaat
·         Pengurus Gereja Setempat
·         Warga Jemaat
·         Panitia pembangunan
·         Tukang
2.      Doa Bapa kami
3.      Doxologi :
4.      Berkat
5.      Amin 3X



Selasa, 25 Desember 2012


LITURGI PENERIMAAN ANGGOTA GEREJA
A.    Sidi Dewasa
PENDETA KEPADA SIDANG, SETELAH ORANG-ORANG YANG AKAN DISIDI DIPANGGIL BERDIRI KE MUKA:
Saudara-saudara yang kekasih, Gereja itu adalah milik Tuhan yang akan dipeliharakan hingga akhir zaman untuk menyelenggarakan kebaktian dan pemberitaan Firman Tuhan dan Hukum gereja, serta memelihara persekutuan kemuridan Kristen; membangun iman orang-orang percaya serta pertobatan dunia. Di dalam segala tempat, sekalian manusia berdiri dengan kebutuhan akan kekayaan yang dibagikan oleh gereja itu sendiri.
Saudara-saudara, mereka yang berdiri disini ialah orang-orang yang sudah menerima baptisan suci, telah mempelajari sifat-sifat, hak dan tugas serta tanggung jawab seorang Kristen, dan telah dididik mengenai ajaran dan tujuan gereja Methodist. Mereka datang memohon izin untuk memasuki persekutuan yang suci ini. Sekarang, dengan takut akan Tuhan, kita menanyakan kepada mereka, sesuai denga iman dan tujuan mereka, sehingga kita dapat mengetahui bahwa mereka layak diterima masuk ke dalam persekutuan ini.

PENDETA KEPADA YANG DI SIDI:
Saudara-saudara yang kekasih dalam Tuhan. Saudara datang untuk mencari persekutuan dengan jemaat. Kami sangat bergembira karena saudara bermaksud untuk turut serta mengambil bagian dalam hak, tugas, serta tanggungjawab keanggotaan dalam gereja ini. Sebelum saudara diterima dengan resmi, saudara harus memperbaharui sumpahmu, mengaku imanmu serta menyatakan tujuan dangan menjawab pertanyaan ini.

PENDETA : Apakah saudara mau, di hadapan Allah dan sidang jemaat ini, dengan hikmat memperbaharui janji dan sumpah yang telah diperbuat pada waktu kamu dibaptiskan ?
JAWAB         : Saya mau, Tuhan kiranya menolong saya
PENDETA     :Apakah saudara mengakui Yesus Kristus adalah Juruslamat dan Tuhanmu?
JAWAB           : Saya mengakui, Tuhan kiranya menolong saya.
PENDETA      : Apakah saudaramenerima dan mengakui iman Kristen seperti yang tertulis di dalam kitab injil Tuhan kita Yesus Kristus?
JAWAB           : Saya menerima dan mengakui, Tuhan kiranya menolong saya.
PENDETA      : Maukah saudara tetap setia kepada gereja Methodist Indonesia seta membantunya dengan kehadiranmu selalu, dengan doamu, dengan persembahan dan pelayananmu?
JAWAB           : Saya mau, Tuhan kiranya menolong saya.

Mereka disuruh berlutut, pendeta menumpangkan tangannya diatas kepala tiap orang satu persatu untuk memberkati mereka :
(Nama)semoga Tuhan melindungi engkau dengan anugerahNya yang surgawi; dan dengan RohNya meneguhkan engkau di dalam iman dan persekutuan dari pengikut-pengikut yang setia dari Yesus Kristus. Amin

PENDETA BERDOA :
Ya, Bapa kami yang di surga, kami datang kehadiratmu memohon berkat dan anugerahMu ke atas saudara-saudara kami yang telah mengaku iman mereka dihadapanMu. Berikan pertolongan Roh KudusMu untuk hadir menunjukkan jalan yang benar bila mereka jatuh ke dalam kesalahan dan dosa. Tuhan kiranya menguatkan mereka di dalam iman agar mereka selalu menang dalam menghadapi percobaan. Berilah ketetapan hati kepada mereka di dalam mengabdikan diri dengan setia kepada Tuhan dan gereja, sehingga mereka menjadi teladan yang baik kepada semua orang. Dengarkanlah doa kami demi Yesus Kristus kami. Amin

PENDETA KEPADA SIDANG :
Saudara-saudara sekalian. Saya menyerahkan kepada kasih dan pemeliharaan saudara-saudara, yaitu mereka yang telah kita terima menjadi anggota siding Kristus pada hari ini. Hendak kiranya saudara-saudara berusaha untuk meneguhkan kepercayaan mereka dan menetapkan pengharapan mereka serta menyempurnakan mereka di dalam kasih.

PENDETA KEPADA MEREKA YANG BARU DITERIMA :
Kami bergembira menerima saudara-saudara menjadi anggota gereja Kristus. Dari sekarang ini saudara-saudara berhak penuh di dalam gereja. Kami ingin supaya saudara/saudara akan mempergunakannya dengan baik. Sebagai pernyataan kasih persaudaraan, maka atas nama jemaat ini, saya mengulurkan tangan memberi salam kepada saudara sambil berdoa kiranya saudara tetap dalam bilangan anggota gereja yang setia.

Setalah pendeta menjabat tangan mereka, lalu mereka disuruh duduk kembali.

Mulai Hari ini, kami akan memuat acara-acara Liturgi dari Gereja Methodist Indonesia, mulai dari Liturgi Pembaptisan Anak. Tujuannya untuk memudahkan para hamba Tuhan memakai Liturgi tersebut di dalam Pelayanan.


LITURGI BAPTISAN ANAK-ANAK
{Pendeta memanggil orang tua untuk membawa anak-anak mereka ke depan}
Nyanyian :
Pendeta Berkata:

Saudara-saudara yang kekasih, mengingat bahwa semua manusia adalah ahli waris hidup kekal dan menjadi tujuan dari anugerah penyelamatan Roh kudus, maka Yesus Kristus berkata:
Biarkanlah anak-anak itu,jangan menghalang-halangi mereka datang kepadaku sebab orang-oranng yang seperti itulah yang emounya Kerajaan Surga.
Sebab itu saya meminta agar kamu memohon kepada Allah Bapa, demi Yesus Kristus, supaya dengan rahmatNya yang berlimpah itu, Dia menganugerahkan kepada anak-anak yang dibabtis ini supaya ia/mereka akan tetap di dalam persekutuan gereja Kristus yang kudus.

Mari kita berdoa  :
Allah yang maha kuasa dan kekal. Kami memohon kepadaMu agar dengan kebaikanMu yang tidak terhingga itu Engkau berkenan memandang anak-anak ini serta memberkati mereka supaya dengan pertolongan Roh Kudus mereka dapat bertumbuh dalam iman, bersukacita dalam pengharapan, berakar dalam kasih serta melalui hidup yang fana ini mereka dapat masuk dengan kemenangan ke dalam hidup yang akan datang demi kepercayaan akan Yesus Kristus, Tuhan kami. Amin

Pendeta kepada orang Tua/wali:
Saudara-saudara yang kekasih. Oleh karena anak-anak ini sekarang kamu serahkan untuk dibabtis menurut peraturan Gereja Kristen, dan oleh karena itu dengan peraturan ini, mereka akan diserahkan kepada Allah dan GerejaNya maka adalah menjadi tugas dan kewajibanmu untuk mengajarkan kepadanya arti serta maksud babtisan yang kudus ini, demikian juga azas-azas iman kita yang kudus serta sifat hidup Kristen. Kamu juga berkewajiban melatih mereka supaya dengan hormat, teratur dan rajin mereka menghadiri kebaktian Kristen, baik kebektian umum maupun kebaktian di rumah tangga dan juga dengan hormat dan suka cita mereka menerima pengajaran tentang Firman Allah. Di dalam segala hal, baik dengan perintah maupun teladan , haruslah kamu memimpin mereka ke dalam kasih Allah dan pelayanan terhadap Tuhan kita Yesus Kristus.
Maukah kamu dengan hikmat berjanji untuk menunaikan segala kewajiban, tugas dan tanggung jawabmu ini, dengan pertolongan Tuhan?

Orang Tua/wali: Kami berjanji, Tuhan kiranya menolong kami
Dengarlah Injil yang ditulis oleh Rasul Markus dalam pasal 10:13-16
BABTISAN  (Pendeta menerima anak dari orang tuanya, lalu membaptisnya) 
(Nama), aku membaptis engakau di dalam nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Semoga Tuhan memberkati dan menyertai serta melindungi engkau dari sejak sekarang engkau masuk ke dalam kerajaanNya sampai selama-lamanya. Amin

Doa :
Ya Tuhan Allah, Bapa kami yang di surga, berkatilah anak-anak ini supaya sama seperti pertumbuhan tubuh mereka, demikian juga mereka bertumbuh di dalam anugerah dan pengenalan akan Tuhan Yesus Kristus, dan dengan pengaruh dari Rohnya yang mengendalikan dan membaharui kami dapat hidup menjadi anakMu yang benar dan setia melayani Tuhan selama hidupnya, demi Yesus Kristus, Tuhan Kami. Amin
Ya Allah yang maha kuasa, sumber segala kasih dan kebijaksanaan dan kuasa, pimpin dan lindungilah orang tua anak-anak ini supaya dalam kasih dengan nasehat yang bijaksana dan teladanMu yang baik nereka dapat membimbing  anak-anak ini ke dalam hidup yang berdasarkan pada iman, yang diperkuat oleh kebenaran dan yang berbuahkan kesukaan dan sejahtera yang kekal; demi Yesus Kristus, Tuhan kami, Amin.
Pendeta berjabat tangan dengan para orang tua anak itu lalu mereka disuruh kembali ketempatnya masing-masing.
Atau kebaktian itu langsung ditutup dengan doa Tuhan lagu penutup: “Kepada Allah bri puji” dan berkat (Jehuda 24)

Senin, 24 Desember 2012


KEPEMIMPINAN KRISTEN DI ABAD 21
Ditulis oleh : Dr. Heryanto D.Th

ABSTRAKSI
Kepempinan Kristen di abad 21 akan menghadapi suatu keadaan yang penuh dengan pembaharuan di bagai aspek kehidupan manusia dan organisasi termasuk gereja sebagai sebuah organisasi spiritual. Adanya persaingan yang amat signifikan sehingga memunculkan tantangan yang amat kompleks. Untuk itu, sudah waktunya kesadaran para pemimpin Kristen untuk melihat dan menerima keberadaan gereja sebagai satu organisasi yang perlu adanya manajemen kerja dan pemimpin yang solid. Kepemimpinan Kristen di era ini membutuhkan pemimpin yang berkualitas yang mampu menyiapkan diri dan antisipatif terhadap pengaruh dari arus globalisasi dengan pegang teguh pada Kebenaran Kristus, pemimpin yang beradaptasi dalam menjalankan tugas-tugas kepemimpinan dalam mengwujudkan gereja yang berhasil dan bertumbuh baik kualitas maupun kuantitas.


Setiap pemimpin dan organisasi sedang menjalani abad 21 dengan beraneka-ragam fenoma dean situasi. Semua hal yang selama ini dibayang-bayangkan kini telah menjadi sebuah kenyataan. Memasuki abad 21 milenium ke tiga ini, manusia akan menghadapi masa depan yang penuh dengan ketegangan dan ketidak-pastian. Problem kehidupan semakin kompleks. Tidak seorangpun yang dapat meramalkan apa yang akan terjadi, dan tidak dapat dibayangkan bagaimana keadaan masa depan bumi yang kita diami. Abad 21 juga abad yang menuntut dalam segala usaha dan hasil kerja manusia termasuk di bidang kepemimpinan. Drucker menyatakan tantangan manajemen pada abad 21 adalah berkaitan dengan ‘knowledge worker’ yang memerlukan paradigma manajemen baru., strategi baru, pemimpin perubahan, tantangan informasi, produktivitas kepegawaian berbasis pengetahuan dan kemampuan mengelola diri sendiri.[1] Kondisi abad 21 ini menjadikan satu tantangan baru dalam pelayanan gereja. Sadar atau tidak, gereja juga merupakan sebuah organisasi harus membenahi diri  secara baik untuk mengwujudkan gereja yang berkualitas di tengah-tengah abad yang sangat cepat berubah dan ketidakpastian.  Gereja harus memiliki  pemimpin yang visioner, kreatif dan inovatif,  memiliki ilmu pengetahuan, berkomitmen, mampu membangun komunikasi, memberdayakan sumber daya manusia yang baik dan membangun melalui nilai-nilai spiritual secara benar terhadap perkembangan yang sedang terjadi. Hal ini mengingat tanggung jawab seorang pemimpin pada era ini sudah sangat jauh berbeda, kebutuhan semakin tinggi dan berat, kawasan semakin kompetitif dan luas, semakin jelas jarak antara pihak yang kuat dengan lemah, kaya dan miskin. Setiap orang yang ingin sukses dan sehat haruslah membenahi diri menjadi ”tuan bagi bagi diri sendiri”. Kekuatan setiap pribadi dan organisasi di era sebelumnya seringkali ada di dalam pengalaman, akan tetapi di era ini dapat dikatakan pengalaman akan menjadi sebuah sejarah usang bahkan membuat seseorang menjadi ”status qou” yang tidak selamanya menjadi alasan yang memacu keberhasilan. Dunia berubah. Konsep pemikiran dan tindakan harus berubah total. Saat ini dunia organisasi membutuhkan orang bergerak cepat, tepat dan melekat. 

1.  Definisi Pemimpin
Pemahaman tentang pemimpin berbeda dengan kepemimpinan. Jika kepemimpinan adalah berfokus pada proses pelaksanaan jabatan sementara pemimpin lebih cenderung mengarah kepada oknum atau seseorang yang bertanggung jawab untuk kepemimpinan yang baik. Adapun beberapa pendapat bisa dikutip tentang apa itu pemimpin.
Menurut Nielche Patric mengatakan bahwa pemimpin adalah orang yang berkuasa di mana aturannya telah dianggap benar baik dengan pemaksaan terhadap mereka atau dengan kepercayaan masyarakat dalam kemampuan mereka untuk memimpin mereka dengan baik. [2] Sementara, Stacy T. Rinehart berpendapat bahwa seorang pemimpin adalah orang yang mengwujudkan sesuatu menjadi kenyataan[3].
Selanjutnya, menurut Bennis dan Nanus mendefinisikan kepemimpinan dari sudut pandang pemimpin. Menurutnya, seorang disebut pemimpin, jika ia mampu memberi visi kepada organisasi dan mampu menjabarkannya menuju realita.[4] Terakhir, Alan E. Nelson berpendapat bahwa pemimpin adalah orang yang mampu melihat dan mengemukakan visi, melakukan perubahan dengan cara menyelaraskan orang-orang dengan sumber daya dan mengatur orang-orang maupun sistem-sistem untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut. [5]
Jadi, dari ketiga pendapat diatas disimpulkan bahwa defenisi pemimpin secara umum ialah seorang yang berkuasa melalui visinya dalam melakukan perubahan yang diselaraskan dengan sumber daya manusia baik melalui kepercayaan dan paksaan atau dengan jalan mempengaruhi dan mengatur orang lain untuk mencapai sasarannya.
Siapakah itu pemimpin Kristen? Premis ini ditegaskan oleh Profesor Dr. J. Robert Clinton yang mengatakan, “Pemimpin Kristen adalah seseorang yang telah dipanggil Allah sebagai PEMIMPIN yang ditandai oleh adanya “Kapasitas memimpin dan Tanggung jawab pemberian Allah” untuk “Memimpin suatu kelompok umat Allah (gereja) dalam “Mencapai TUJUANNYA bagi, serta melalui kelompok ini” (Clinton 1989:2). Dari penegasan Profesor Clinton di atas, dapat dikatakan bahwa seorang pemimpin Kristen ada sebagai pemimpin karena ia dipanggil oleh Allah. Dengan demikian, ia harus memiliki kesadaran diri sebagai orang yang telah terpanggil Allah dan meneguhkan kualifikasi dirinya sebagai pemimpin. Sikap ini perlu dipertegas dengan memperhatikan bahwa seorang pemimpin Kristen adalah seorang individu yang telah ditebus Allah, yang olehnya ia harus yakin bahwa ia terpanggil Allah untuk memangku tanggung jawab kepemimpinan. Kebenaran ini pada sisi lain, menegaskan bahwa Allah telah mengaruniakan kepadanya kapasitas teguh untuk memimpin, sehingga ia dapat membuktikan diri sebagai pemimpin sejati (Lihat: Kejadian 12:1-3; Keluaran 2-7; dan 18, Roma 12:8, dsb.).[6]
Selanjutnya, seorang pemimpin yang baik ialah pemimpin tiga arah dimana ia berusaha memimpin ke atas (lead up), yaitu mempengaruhi pemimpinannya, dan meringankan atasan. Dia juga memimpin ke samping (lead across), yaitu membantu beban koleganya untuk mencapai hal produktif dan memperoleh rasa saling hormat. Dan seterus memimpin ke bawa (lead down) yaitu membantu anak buah untuk menggali potensinya menjadi contoh peran yang kuat dan membantu orang lain untuk bergabung demi meraih tujuan yang lebih tinggi. Dalam, hal ini, tugas pemimpin tidak terbatas pada memimpin anak buah tetapi juga ke samping dan ke atas.[7]

2.  Dasar Teologis-Filosofis Pemimpin Kristen[8]
Dasar teologis yang harus dipahami dan harus ada pada seorang pemimpin Kristen, ialah :
F Pemimpin Kristen harus memahami dasar kepemimpinan Kristen bahwa ia terpanggil sebagai “pelayan-hamba” (Markus 10:42-45). Seorang pemimpin Kristen terpanggil oleh Allah kepada tugas dan tanggung jawab sebagai seorang pelayan dengan status sebagai hamba Allah. Pemimpin Kristen bukannya terpanggil  kepada suatu posisi atau jabatan tertentu tetapi ia terpanggil kepada tugas dan tanggung jawab sebagai pelayan/hamba Allah.
F Pemimpin Kristen harus memiliki motif dasar kepemimpinan Kristen yaitu, pertama: “membina hubungan” dengan orang yang dipimpinnya / orang lain (Markus 3:13-19; Matius 10:1-4; Lukas 6:12-16), dan Kedua, “Mengutamakan pengabdian” (Lukas 17:7-10). Mengutamakan pengabdian menekankan bahwa ‘kerja’ adalah fokus, prioritas, sikap utama serta tekanan utama. Dengan motif ini, seorang pemimpin Kristen akan mudah mengembangkan integritas diri dan komitmen penuh terhadap tanggung jawab kepemimpinan yang dipercayakan untuk diembankannya.

3.  Kualitas pemimpin Kristen di abad 21

Tantangan-tantangan yang dihadapi para pemimpin di era ini amat kompleks dan penuh tekanan yang diberikan oleh setiap tantangan tesebut. Orang-orang semakin rentan dan kehilangan arah dalam masa-masa yang membingungkan dan tidak jelas ini. Kebebasan pribadi mereka telah menghasilkan lebih banyak dorongan kecemasan ketimbang kebebasan tanpa batas. Akibatnya, masa depan adalah sesuatu yang tidak jelas dan menakutkan untuk direnungkan. Namun, kondisi ini tidak berarti tetap statis sehingga mengharuskan setiap pemimpin bersifat apatis. Sebagai pemimpin rohani, sikap dalam menyingkapi situasi yang mencemaskan di abad ini harus tetap berpegang pada kekuatan spiritualitas. Dalam kepercayaan spiritualitas, kesadaran menjadi sebuah bagian yang selalu meningkat dalam kehidupan ini dan bersama kesadaran muncul kepercayaan terhadap kehidupan karena kehidupan berkembang. Manakala ia menerima kehidupan apa adanya, ia dapat membuat penyesuaian-penyesuaian yang pantas, efektif dan realistis.[9] Kualitas spiritualitas  yang dibutuhkan seorang pemimpin rohani di era ini, a.l.:

§  Pemimpin harus waspada dan antisipatif.

Yakobus 4:7 berkata, “Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah iblis, maka ia akan lari dari padamu!”. Siapa yang dapat mengusir kegelapan jika bukan terang? Tantangan kehidupan bisa saja diumpamakan ‘air bah’ dalam cerita klasik di Perjanjian Lama (Kej. 9:12-17). Siapakah yang dapat melawan ‘air bah’?  Mungkinkah dalam ‘air bah’ ada cerita keselamatan? Terbukti, sebegitu dashyatnya air bah ternyata ada satu keluarga yang Tuhan sisanya untuk berkehidupan yaitu “Nuh dan keluarganya”. Iblis bukanlah air bah, sekalipun ia berjuang habis-habisan untuk membinasakan umatNya dan membuat setiap pikiran tertuju pada kebinasaan seperti kisah air bah. Namun, satu-satunya cara air bah bisa menyebabkan kehancuran dalam hidup ini ketika diyakininya bahwa iblis itulah air bah sehingga membuka peluang baginya. Untuk itu, setiap pemimpin perlu waspada dan antisipatif, sebagaimana di katakan dalam FirmanNya, bahwa “sadarlah dan berjaga-jagalah. Lawanmu iblis berjalan berkeliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang-orang yang dapat ditelannya.” (I Petrus 5:8). Sekalipun kondisi abad 21 yang penuh penyesatan, tidaklah semena-mena akan mempengaruhi dan mengoyahkan sang pemimpin sebab tidak semua orang bisa ditelannya malahan bisa dienyahkannya spanjang pemimpin memiliki spiritual dan mengandalkan kuasa FirmanNya. 

§  Pemimpin harus mempersiapkan diri menghadapi situasi yang sulit

…..namun berawas-awaslah, jangan kamu gelisah, sebab semua itu harus terjadi,..” (Matius 24:6)
Tidak bisa dipungkiri lagi, situasi abad 21 ini membuat semua orang dengan tingkatan dan posisi apapun dalam keadaan penuh kekuatiran dan kebimbangan. Dinamika perkembangan dan perubahan begitu cepat, kompetitif bagi semua kaum tak terelakkan bahkan tuntutan sesuai dengan kebutuhan zaman semakin tinggi. Untuk itu, suatu nats yang sangat membuat setiap orang menjadi bijak adalah menyadari setiap keadaan tidak ada yang pasti dan semua kejadian baik suka-duka bisa saja sewaktu-waktu terjadi tanpa dapat dipredeksi.  Setiap orang khususnya pemimpin harus sadar bahwa ianya senantiasa bertumbuh subur justru dalam masa-masa sukar yang perlu mempersiapkan diri sejak dini. Setiap pemimpin harus bisa membaca keadaan hari ini dan esok. Para pemimpin harus mengetahui arah yang hendak mereka tuju dan mereka harus menumbuhkan rasa percaya diri dalam diri orang lain yang ingin mengikuti mereka. Dalam masa pengolakan para pemimpin harus memperlihatkan tingkat persepsi dan wawasan yang luar biasa untuk masuk ke dalam realitas-realitas dunia.[10] Anggaplah setiap detik ke depan keadaan akan buruk sehingga setiap detik yang sedang dijalani adalah mempersiapkan diri bukan menanti dengan kegelisahan, sebab semua keadaan itu harus terjadi. Ketika masa-masa itu datang, tidak ada alasan untuk terpengaruh sebab Firman Tuhan sudah membangun dalam pemikiran dan hati sehingga semua kondisi dapat dihadapi penuh kesiapan.

§  Pemimpin yang teguh pada Kebenaran

Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu.
Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus.”  (2 Timotius 3 : 14-15). Sebagaimana abad 21 ditandai dengan menglobalnya semua eksistensi kehidupan manusia maupun organisasi termasuk berdampak pada pemimpin gereja.  Di  Abad 21 ini,  Sumber Daya Pelayan gereja harus memiliki mindset global yaitu memiliki kerangka berpikir global yang mampu mengantisipasi tuntutan global. Secara psikologis, Sumber Daya Manusia tersebut mampu mengintegrasikan fungsi empat kualitas (IQ, EQ, SQ, MQ).  Artinya Sumber Daya Manusia dalam pelayanan tidak cukup cerdas intelektual(IQ) atau memiliki gelar saja, tetapi pula  cerdas berhikmat dan bijaksana (EQ), serta memiliki kemampuan untuk mematuhi nilai-nilai, norma dan ajaran-ajaran sesuai dengan Kebenaran Alkitab (SQ) di tengah zaman yang carut-marut dampak dari proses globalisasi.  Melalui ketiga hal (IQ, EQ dan SQ), akan mempermudah seseorang untuk bertanggung jawab secara moral (MQ) sesuai dengan Kebenaran Allah baik kepada Allah maupun sesama. Dari ke empat kecerdasan seorang pemimpin menunjukkan sumber daya manusia yang  kedewasaan dalam spiritual yang tergambar di Alkitab, “sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran….” (Efesus 4:13-15), yaitu memiliki kesatuan iman dan pengetahuan yang benar, memiliki kedewasaan, tetap teguh berpegang dalam Kebenaran dalam menghadapi rupa-rupa ajaran dan pengaruh yang licik dan menyesatkan di era globalisasi ini.   





4.  Kompetensi pemimpin di abad 21

Setiap organisasi apapun membutuhkan seorang pemimpin teristimewa di abad 21 ini. Kedashyatan pengaruh abad 21 terhadap sebuah organisasi menang atau kalah terletak di tangan pemimpin dan manajemennya. Untuk itu, pemimpin perlu kompetensi dalam mengantispatif kejatuhan dan kehancuran organisasi akibat dampak abad globalisasi ini. Untuk itu, kompetensi seorang pemimpin rohani, antara lain :

a.      Visi

Dalam kamus The Advanced Learner’s Dictionary of Current English oleh A.S.Hornby, E.V.Gatenby dan H.Wakefielod Vision berarti power of seeing or imaginging (kekuatan melihat atau berimajinasi)[11] Visi memiliki pengertian lainnya, “kemampuan melihat lebih dari keadaan normal, yaitu suatu kemampuan untuk melihat serta memahami sesuatu yang tidak terlihat oleh orang kebanyakan dan sebagainya.”[12] Jadi, visi bukan saja impian namun “The super power eye”  mata yang memiliki kekuatan yang lebih untuk melihat jauh ke depan dari suatu keadaan terbaru yang bakal terjadi dan tak terbaca oleh siapapun.
Organisasi tanpa visi yang jelas akan bergerak dengan ragu-ragu dan mudah terombang-ambing oleh tekanan eksternal. Akibatnya setiap orang didalam organisasi akan kehilangan komitmen dan lebih banyak bergerak untuk mencapai tujuan-tujuan yang sepele. Organisasi akan berjalan lambat dan tidak akan pernah menghasilkan perubahan yang siginifikan dan berharga. Visi organisasi yang baik mengandung unsur-unsur, antara lain menciptakan hubungan saat ini menuju masa depan, memunculkan motivasi dan semengat menuju masa depan, memunculkan motivasi dan semangat menuju masa depan, menyediakan makna kerja bagi orang-orang dan menetapkan standar kualitas di dalam organisasi.[13] Jelaslah, jembatan keberhasilan seorang pemimpin terhadap organisasinya adalah sebuah visi yang mampu mengarahkan sang pemimpin maupun semua anggotanya untuk melihat ke depan, sesuatu yang baru, sesuatu yang bakal terjadi, sesuatu yang menimbulkan perubahan dan semua unsur dalam organisasi terinspirasi untuk menyiapkan diri dan segenap potensi untuk mencapainya. Seorang pemimpin Kristen harus memiliki visi yang jelas sejalan dengan kemajuan dan perkembangan di era globalisasi agar terjadinjya kebangkitan bukan tergilas pelayanan oleh dampak globalisasi.

b.      Kreatif dan Inovatif

Apakah kunci keberhasilan dalam situasi kehidupan yang penuh persaingan dewasa ini? Bagaimana agar kita dapat berprestasi dan menghasilkan karya yang besar dalam kehidupan yang penuh tekanan seperti ini? Banyak orang menyakini bahwa kreativitas merupakan salah satu unsur penting dalam mencapai keberhasilan. Ada anggapan yang mengatakan bahwa kreativitas merupakan bakat pribadi sejak lahir. Sementara anggapan lain mengatakan bahwa kreativitas merupakan milik orang-orang tertentu saja, seperti para pekerja seni, orang-orang muda, para entertainer, pengusaha, atau orang-orang dari suku dan ras teertentu. Pendapat dan angapan seperti ini tentu saja tidak sepenuhnya benar. “Setiap orang memiliki kreativitas” demikian pendapat Carol K. Bowman. Artinya, siapapun kita, dari suku mana pun, dari keluarga apa pun, dari wilayah mana pun, bahkan berapapun usia kita, semua memiliki anugerah berupa kemampuan menjadi kreatif dan inovatif. Intinya, setiap orang yang memiliki otak yang masih berfungsi dengan baik, mampu berpikir kreatif atau memiliki energy kreativitas dalam dirinya. Apa sesungguhnya berpikir kreatif itu? Menurut Dr. Harvey C.L., berpikir kreatif merupakan kemampuan menggali dan mengumpulkan gagasan-gagasan baru yang asing bagi kebanyakan orang atau kemampuan merancang kembali gagasan-gagasan lama dan menempatkannya ke dalam ide-ide baru. Dengan demikian, kreativitas itu bisa berhubungan dengan gagasan-gagasan baru yang berbeda atau kemampuan merancang kembali gagasan lama untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Menurut pandangan para ahli, seseorang yang kreatif itu dapat melihat segala sesuatu dari cara berbeda dan baru yang biasanya tidak terlihat oleh orang lain.[14] Elemen-elemen berpikir kreatif, antara lain[15] :
§  Kecakapan
Kecakapan berarti kemampuan melahirkan banyak alternatif, sinonim, ide, solusi, kecepatan, kemudahan dalam melahirkan sebuah karya. Kecakapan sangat tergantung pada banyak respon yang bisa diproduksi oleh manusia.
§  Fleksibilitas
Fleksibiltas merupakan kebalikan dari sifat kaku, yang hanya meyakini pola-pola piker tertentu seperti sebelumnya.  Fleksibilitas menuntut kecenderungan untuk mengubah pemikiran seseorang berdasarkan perubahan sikap dan ketetapan serta melihat banyak hal dari sejumlah sisi yang berbeda dan tidak terbatas pada satu sisi.
§  Originalitas
Originalitas dianggap sebagai unsur terbesar yang berkaitan dengan berdasar pada usaha melahirkan ide-ide baru atau cara baru dalam tatanan nilai di masyarakat dan lahir dari dalam diri seseorang. Dengan kata lain, originalitas itu merupakan nilai istimewa dan tidak ada duanya dalam berpikir dengan tetap menjaga identitasnya, serta merupakan sebuah kekuatan besar yang dimiliki oleh seseorang untuk mengimplementasikan ide yang tidak diketahui oleh banyak orang.
Jadi, kunci kesuksesan sebuah organisasi sangat erat hubungan dengan kepemimpinan yang kreatif (creative leadership), yang memiliki kemampuan mengajak, mengarahkan, dan memberdayakan SDM agar berani bertindak inovatif-kreatif sesuai budaya organisasi masing-masing. Formula dasar kepemimpinan kreatif dipengaruhi oleh faktor Appropriate Leader Responds (Ketepatan sang pemimpin memberikan tanggapan) terhadap peluang dan ancaman yang timbul sebagai dampak interaksi dinamis antara visi, misi, nilai dan dorongan bertindak sesuai dengan budaya organisasi.[16]
Sedangkan, Inovasi adalah persediaan kreatif para pemimpin sejati. Sasaran tertinggi kepemimpinan adalah untuk sukses mencapai dan menyelesaikan suatu visi yang sudah ditetapkan sebelumnya untuk memenuhi tujuan utama. Peran pemimpin adalah memberikan pengertian akan tujuan, visi, motivasi, momentum, dan lingkungan yang produktif untuk menyelesaikan tugas ini. Dipandang dari pola pikir innovator, kita melihat beberapa definisi inovasi. Inovasi adalah :
·         Kapasitas untuk menciptakan pendekatan dan konsep baru untuk menangani tantangan lama dan baru
·         Kepekaan untuk melihat kemungkinan dalam kombinasi konsep lama dan baru
·         Penciptaan, pengembangan, dan aplikasi cara-cara yang belum teruji untuk mengatasi masalah lama dan baru
·         Kapasitas untuk berpikir melampaui apa yang sudah diketahui, menantang norma dan percaya pada kemampuan seseorang untuk mengatasi masalah[17]
Seorang pemimpin harus mampu membuat perubahan bagi kelompoknya. Perubahan yang dimaksud bisa berupa ide-ide, cara kerja atau kreativitas baru dalam kegiatan kelompok yang akan meningkatkan hasil. Seorang pemimpin juga harus memiliki ide-ide yang brilian, orisinal, dan kreatif sehingga kelompoknya dapat lebih termotivasi. Hal-hal yang baru biasanya lebih menarik dan dapat mengurangi kejenuhan. Kelompok yang penuh dengan ide-ide baru dan hal-hal yang kreatif, menarik akan lebih menonjol dibandingkan dengan kelompok lain.[18] Di sisi lain, pemberdayaan mendorong munculnya inovasi karena karyawan (anggota) mempunyai wewenang untuk mencoba hal-hal baru dan mengambil keputusan tentang bagaimana mengerjakan dan menyelesaikan tugasnya dengan cara baru yang lebih efektif. Pemimpin mendorong bawahan (anggota) untuk menciptakan produk-produk (cat : metode pelayanan) baru, dan ketika hasilnya kurang memuaskan, pemimpin tetap mendorong mereka untuk berusaha lebih baik lagi. Jadi, inovasi membutuhkan budaya organisasi yang menerima kegagalan, memberikan keleluasan dan kebebasan beraktualisasi. Tanpa penerimaan atas kegagalan, maka inovasi tidak akan pernah muncul dari usaha bawahan (kreativitas anggota). Pemimpin tidak menghukum kegagalan akibat usaha-usaha untuk menciptakan inovasi baru, tetapi pemimpin mengecam bawahan yang tidak berusaha sama sekali untuk menciptakan inovasi. Karena pemimpin menyakini bahwa kegagalan dari satu inovasi tersebut hanya merupakan kesuksesan yang tertunda, sebab di hari lain inovasi akan disempurnakan dan menghasilkan keuntungan besar bagi organisasi.Pemimpin menyakini bahwa tidak ada inovasi tanpa kegagalan, kesempurnaan inovasi hanya lahir dari proses belajar terhadap kegagalan.[19] Untuk itu, seorang pemimpin sejati mendorong kreativitas dan inovasi. Pemimpin sejati tidak membatasi melainkan mendorong kreativitas dan inovasi di antara orang-orang mereka.[20] Jadi, organisasi di abad 21 ini sangat membutuhkan pemimpin yang kreatif dan inovatif, di mana pemimpin yang memiliki kemampuan untuk meresponi perubahan ke depan dengan mengubah gagasan-gagasan lama menjadi sesuatu baru yang memiliki “selling value” yang tinggi atau membangun ide-ide produktif dan berkompetitif  tinggi yang belum terpikirkan, diketahui atau dimiliki siapapun. Dengan sesuatu yang baru dimiliki terus mendorong dan memotivasi anggota untuk melakukan perubahan atau pembaharuan (inovatif), dengan metode ini maka setiap pemimpin dan anggota dalam sebuah organisasi tidak hanya memiliki daya saing yang kuat dan tinggi melainkan mampu menguasai dan memiliki pasar itu sendiri. Di sisi lain, perubahan dalam artian positif perlu menjadi ciri khas sebuah institusi. Apalagi institusi perusahaan dan lembaga pelayan public. Tanpa adanya perubahan maka ia tidak mampu melayani konsumen / masyarakat yang telah berubah. Bila demikian maka hanya satu kata, tunggu matinya saja. Seorang pemimpin memang agen dan penyebab perubahan. Jadi, pemimpin adalah perubah dan perubahan. Kalau tidak bisa melakukan perubahan bukan pemimpin namanya tapi pemelihara.[21]

c.       Pengetahuan

Kemampuan sebuah organisasi untuk memanfaatkan dan memaksimalkan aset pengetahuan di abad kedua puluh satu memainkan peran dominan dalam menciptakan keunggulan bersaing. Lebih dari aset dominan atau aset fisik, aset pengetahuan semakin penting sebagai bahan baku pekerjaan dan penggerak utama dari sukses bisnis. Apa yang disebut aset pengetahuan? Dinyatakan secara sederhana, aset pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh setiap orang dalam organisasi anda. Aset pengetahuan termasuk ketrampilan, pengalaman, hubungan dengan klien (jemaat), pemahaman tentang persaingan, prosedur strategi pemasaran, dan lainnya.[22] Manusia adalah aset terpenting karena itu pendekatannya mestinya efektivitas. Ini beda dengan aset yang lain di mana justru dibutuhkan pendekatan efisiensi. Karena itu jangan pernah menghitung pelatihan dan pengembangan SDM sebagai biaya. Tapi bila dilakukan secara benar, ia sebetulnya adalah investasi. Untuk memenangkan persaingan di era pengetahuan ini ada 2 hal yang menjadi tugas perusahaan (organisasi). Pertama, bagaimana bisa meningkatkan kemampuan intelektual dan manusianya. Kedua, bagaimana agar pengetahuan yang dimiliki orang-orang dalam organisasi tadi dapat menjadi properti perusahaan (organisasi). Hal ini berhubungan dengan Knowledge Management yang intinya adalah menciptakan suatu sistem pengetahuan terpadu yang merupakan akumulasi dari berbagai pengetahuan yang dimiliki setiap individu di dalam organisasi. Dengan sistem ini orang bisa datang dan pergi tetapi pengetahuan yang mereka sumbangkan untuk organisasi telah menjadi aset organisasi yang dapat terus menerus dikembangkan dan disinergikan.[23]  Jadi, aset pengetahuan sangatlah penting dan harus dimiliki oleh setiap pemimpin Kristen baik pengetahuan sekuler terlebih pengetahuan spiritual, agar inteletualitas pemimpin mampu memberdayakan, mengarahkan dan mengembangkan organisasinya meskipun kondisi abad 21 adalah situasi yang amat genting. Apa hubungan pengetahuan Alkitab dengan kepemimpinan Kristen? Pengetahuan mengandung tanggung jawab yang serius yaitu bertindak berdasarkan pengetahuan tersebut sebagai upaya menterjemahkan pengetahuan kita ke dalam perilaku yang tepat. Pertama, pengetahuan seharusnya membawa kita kepada ibadah yang lebih dalam. Kedua, pengetahuan seharusnya membuat kita semakin beriman. Pengetahuan adalah dasar dari iman dan membuat iman kita dapat dimengerti. Ketiga, pengetahuan sepatutnya membawa kita kepada kekudusan.[24] Dengan memiliki pengetahuan Alkitab maka para pemimpin mampu berperilaku sebagai pemimpin pelayan Kebenaran dan bertumbuh dalam spiritualitas secara baik.

d. Komitmen

Dinamika organisasi selain ditentukan oleh adanya program kegiatan dari orang-orang yang menjalankannya, juga ditentukan oleh komitmen seluruh unsur dari organisasi itu sendiri. Meski organisasi memiliki program yang baik dan berdaya manfaat, tetapi kalau tidak didukung oleh komitmen para pelaku  organisasi maka program tersebut akan menjadi monumen tertulis dan organisasi juga tidak akan berlangsung. Komitmen bersama dari seluruh elemen organisasi sangat dibutuhkan karena akan memengaruhi dinamika organisasi. Para ahli mengatakan bahwa komitmen dalam berorganisasi adalah sikap atau perilaku anggota yang berkaitan dengan seberapa kuat daya ikat dan hubungan intim kedekatannya terhadap organisasinya. Seorang individu yang memiliki komitmen tinggi kemungkinan akan melihat dirinya sebagai anggota sejati dari organisasi. Dari beberapa definisi yang ada, penulis mencoba merangkumkan bahwa komitmen adalah sikap hati yang harus dimiliki anggota organisasi sebagai upaya untuk kemajuan organisasi. Hal-hal yang berkaitan dengan komitmen berorganisasi itu mengandung sikap-sikap antara lain: (a) Rasa kepercayaan yang kuat terhadap organisasi dan nilai-nilai organisasi, (b) Harapan akan kemajuan organisasi, (c) Kebutuhan untuk tetap menjadi bagian dari organisasi, (d) Keterlibatan dalam dinamika organisasi dan menjadikan organisasi sebagai tempat untuk meningkatkan kapasitas dirinya.[25]
Komitmen adalah ketetapan hati yang tguh untuk mencapai hasil yang kita katakan akan kita capai. Orang yang memiliki komitmen menyingkirkan alasan. Mereka tidak akan membiarkan segala rintangan atau masalah menghalangi mereka untuk terus melaju. Mereka yakin diri mereka dapat melakukan apa yang diperlukan untuk sukses, dan mereka berusaha sangat keras. Mereka mengerjakan tugas mereka. Mereka benar-benar siap. Mereka bertindak dan tekun.[26] Orang yang berkomitmen adalah orang yang punya ‘tekad’ karena itu dia memasang target pada setiap kegiatan yang dilakukannya, setahap demi setahap, bulan demi bulan. Target ini akan membawanya lebih dekat kepada ‘impiannya’. Ingat, impian kita tidaklah mudah  dan tidak akan tercapai hanya dalam waktu satu atau dua tahun. Karena itu kita juga harus bersabar dan pasanglah target untuk diri  sendiri setiap bulan, triwulan dan tahun. Jangan menyerah kepada setiap rintangan betatapun besarnya. Mereka yang bertahan akan menang.[27] Sebagaimana dikatakan dalam Alkitab, “Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.” (Yakobus 1:12).
Sebagai pemimpin, bagaimana kita harus menunjukkan dan mempraktikkan komitmenYesus mengungkapkan standarnya tentang komitmen yang mendalam dalam Injil Matius :
Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.  Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? (Matius 16 : 24-26)
Yesus mengatakan ini kepada murid-muridNya, tetapi apa yang dikatakan Yesus itu masih memanggil kita untuk bertindak. Melalui kata-kata yang hidup ini, Yesus memperjelas kalau Ia menuntut komitmen total dari para pengikutNya. Yesus berkata kalau seseorang tidak melakukan apapun maka dia akan kehilangan segalanya. Sebagai pemimpin Kristen, komitmen itu harus tetap kuat sampai akhir hidup kita di dunia ini.[28] Untuk itu, isu yang paling esensi dalam mempertahankan organisasi eksis secara internal maupun eksternal sangat tergantung satu kata “komitmen” baik pemimpin maupun anggotanya di tengah kesulitan, tantangan dan ancaman yang bisa saja terjadi tidak hanya pada organisasi melainkan setiap individu. Hanya orang yang memiliki “gol” (sasaran, tujuan atau target) yang tak tertawarkan oleh siapapun yang bisa memiliki komitmen tinggi, sebab demi semuanya jika sudah komitmen penuh terhadap target yang harus dicapai, maka ia akan memiliki prinsip baja dan tidak akan mundur selangkahpun untuk mencapai gol atau targetnya. Begitulah pemimpin Kristen abad 21 yang dibutuhkan berkomitmen untuk mencapai hasil yang maksimal baik kualitatif maupun kuantitatif dalam pelayanannya di era globalisasi ini  sekalipun laut harus diseberangi, gunung harus didaki, jurang harus dilalui, semua akan dilakukan penuh komitmen maka target akan diraih.

e. Komunikasi

Komunikasi memegang peran yang sangat penting dalam suatu interaksi sosial, oleh karena itu berpengaruh dalam dunia kerja. Tempat kerja merupakan suatu komunitas sosial yang memfokuskan pada peran dari komunikasi, sehingga aktivitas kerja dapat dioptimalkan. Penggunaan komunikasi baik secara verbal maupun non verbal berpengaruh cukup besar pada lingkungan kerja yang diwujudkan dalam visi serta misi perusahaan. Secara tidak langsung dibutuhkan suatu komunikasi yang efektif dalam menggerakkan jalannya perusahaan, semakin efektif komunikasi yang dibina dalam tiap-tiap departemen akan semakin produktif perilaku karyawan dalam menjalankan pekerjaannya.
Dewasa ini di era keterbukaan membina hubungan dengan luar negeri, membuka peluang tenaga kerja dari luar Indonesia yang tidak langsung berpotensi menimbulkan suatu persoalan adaptasi budaya kerja dan komunikasi dalam perusahaan. Seperti kendala penggunaan bahasa dan bagaimana mensosialisasikan budaya kerja pekerja asing yang mempunyai posisi sebagai atasan kepada para bawahannya yang memiliki latar belakang budaya yang jelas berbeda, sehingga mampu mengoptimalkan produktivitas kerja.
Demikianlah, komunikasi ada di mana-mana, oleh karena itu banyak orang merasa telah mengetahui dan menguasainya. Dalam kehidupan sehari-hari terutama di dalam hubungan dengan orang lain maka kita menggunakan komunikasi, demikian pula di dalam pekerjaan kita melakukan komunikasi agar dapat tercapai tujuan kita. Setiap hubungan interaksional mengandung situasi komunikasi. Dan proses komunikasi yang terjadi berbeda-beda untuk setiap hubungan interaksional. Misalnya antara situasi komunikasi dalam bekerja dengan situasi wawancara atau konsultasi dan lain sebagainya.[29] Komunikasi jelas merupakan sisi yang paling penting dari keberadaan pemimpin transparan. Seorang pemimpin harus tahu cara berkomunikasi, kapan harus berkomunikasi, dan apa yang harus dikomunikasikan secara tepat dan efektif. Komunikasi sangat penting untuk membangun kepercayaan stakeholder. Komunikasi adalah segalanya, dan merupakan satu kesatuan strategi kepemimpinan yang transparandari eksekutif manapun. Pemimpin yang baik berusaha menjadi komunikator yang baik.[30] Pemeliharaan hubungan baik ke luar maupun ke dalam dilakukan melalui proses komunikasi, baik secara lisan maupun secara tertulis. Berbagai katagori keputusan yang telah diambil disampaikan kepada para pelaksana melalui jalur komunikasi yang terdapat dalam organisasi. Bahkan sesungguhnya interaksi yang terjadi antara atasan dengan bawahan, antara sesama pejabat pimpinan dan antara sesama petugas pelaksana kegiatan operasional dimungkinkan terjadi dengan serasi berkat terjadinya komunikasi yang efektif. Tidak dapat disangkal bahwa salah satu fungsi pimpinan yang bersifat hakiki adalah berkomunikasi secara efektif.[31] Hasil berpikir seseorang yang cemerlang tidak ada artinya jika tidak dinyatakan dan dikomunikasikan. Hasil berpikir yang ada dalam pikiran tidak pernah diketahui orang lain selama tidak dinyatakan secara lisan atau tertulis atau dalam bentuk tindakan / perilaku. Demikian juga bagi seorang pemimpin, hasil berpikirnya tidak akan berfungsi dalam menggerakkan anggota organisasinya, jika tidak dikomunikasikan secara efektif. Pandai berkomunikasi berarti pandai mengorganisasi buah pikiran ke dalam bentuk ucapan-ucapan yang jelas, menggunakan tutur kata yang enak didengar, mampu menarik perhatian orang lain. Komunikasi baik diikuti dengan perilaku jujur, konsisten dalam pembicaraan akan sangat membantu seseorang mengembangkan karir masa depan. Akhirnya, dengan ketrampilan berkomunikasi itu seseorang dapat mencapai puncak karir, meraih kursi empuk yang menjadi idaman setiap orang.[32]     Pemimpin tidak cukup hanya memiliki kemampuan membuat komitmen / keputusan di dalam proses berpikirnya. Komitmen / keputusannya itu harus diterjemahkan menjadi gagasan, prakarsa, inisiatif, kreatifitas, pendapat, saran, perintah dan lainnya yang sejenis, baik lisan atau tertulis, agar diketahui orang lain, khususnya anggota kelompoknya sendiri. Dengan demikian berarti hasil berpikir itu harus dikomunikasikan agar menjadi perangsang bagi orang lain untuk ikut memikirkan dan mempertimbangkannya sebelum diwujudkan menjadi tindakan atau kegiatan organisasi.[33] Salah satu peran pemimpin yang paling esensial adalah mempengaruhi anggota/bawahan, untuk itu sangat ditentukan sejauh mana para pemimpin bisa memiliki keterampilan dan kemampuan menjalankan fungi komunikasi secara baik karenanya komunikasi yang baik dan menjadi efektif akan ditentukan pula oleh kepercayaan dan keyakinan pribadi dalam memimpin. Kepercayaan dan keyakinan hanya dapat terbentuk hanya dalam lingkungan harmonis antara pimpinan dengan bawahannya yang dapat benar-benar berkomunikasi dengan baik yang sejalan dengan makna fungsi komunikasi. Di abad globalisasi ini, peran pemimpin sebagai kominikator selain untuk mempersatukan energi, menyeragamamkan sistem dengan satu komando, justru untuk membuka persepsi atau mindset anggota untuk melihat situasi abad 21 ke depan dan mensosialisasikan visi dan misi organisasi ke depan. Prinsip penting, jika pemimpin tanpa komunikasi adalah pemimpin mati dan tak akan membuahkan hasil apapun terhadap siapapun,  Dengan demikian untuk menjadikan komunikasi yang efektif, dituntut pengasahan secara terus menerus oleh pemimpin yang menyadari bahwa kepemimpinan akan berhasil bila secara sungguh-sungguh memahami fungsi komunikasi disatu sisi dan disisi lain melaksanakan proses komunikasi, sehingga waktu hidup kita sebagian besar dipergunakan dalam berpikir untuk menulis, membaca, berbicara dan mendengarkan dalam kerangka hubungan individu, kelompok dan organisasi. Di abad globalisasi ini, peran pemimpin sebagai kominikator selain untuk mempersatukan energi, menyeragamamkan sistem dengan satu komando, justru untuk membuka persepsi atau mindset anggota untuk melihat situasi abad 21 ke depan dan mensosialisasikan visi dan misi organisasi ke depan. Prinsip penting, jika pemimpin tanpa komunikasi adalah pemimpin mati dan tak akan membuahkan hasil apapun terhadap siapapun. Dengan demikian untuk menjadikan komunikasi yang efektif, dituntut pengasahan secara terus menerus oleh pemimpin yang menyadari bahwa kepemimpinan akan berhasil bila secara sungguh-sungguh memahami fungsi komunikasi disatu sisi dan disisi lain melaksanakan proses komunikasi, sehingga waktu hidup kita sebagian besar dipergunakan dalam berpikir untuk menulis, membaca, berbicara dan mendengarkan dalam kerangka hubungan individu, kelompok dan organisasi.
5.  Pemimpin yang unggul di abad 21
Bagaimana pemimin yang unggul di abad 21? Keunggulan yang diharapkan adalah unggul secara internal maupun eksternal, unggul secara pribadi maupun orang lain dalam berorganisasi menuju kesuksesan di era globalisasi ini. Tentu, proses dari kelima kompetensi di atas diharapkan akan menunculkan pemimpin dan organisasi yang unggul dalam tiga kreteria, antara lain :
a.      Profesional
Dunia yang modern dan serba canggih ini menuntut setiap orang bekerja secara professional. Tanpa professional pekerjaan seseorang akan ditinggalkan dan bahkan tidak laku lagi. Mau atau tidak mau, siap atau tidak siap, semua harus mengembangkan dirinya menjadi seorang professional yang handal dan ahli di bidangnya. Entahkah anda seorang pemimpin, seorang karyawan, seorang pekerja lapangan, seorang juru masak, seorang supir, seorang pekerja rumah tangga atau seorang pedagang, seorang pembuat barang, seorang penyedia jasa, seorang seniman, seorang olahragawan atau seorang petani, seorang peternak, seorang nelayan, seorang teknisi, seorang tukang kayu atau seorang guru, seorang rohaniawanatau profesi-profesi lain yang begitu banyak ragamnya, kita semua dituntut untuk bekerja professional. Apapun profesi anda, di mana pun anda berada, berapa pun usia anda, anda berhak menjadi seorang professional. Profesional bukan hanya milik orang tertentu yang memiliki pendidikan tinggi, berpakaian rapi, berkantor di daerah bergengsi, dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang memadai, serta mendapat imbalan gaji tinggi. Profesional itu milik semua orang yang bersedia membayar harga untuk profesionalisme sesuai dengan bidangnya. Manusia professional adalah orang yang bekerja sesuai bidang keahlian yang ditekuni untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi sebagai wujud dedikasi dalam pengabdian diri dengan berpegang pada etika profesi, sehingga berhak menerima bayaran sesuai prestasi. Untuk menjadi seorang professional, paling sedikit ada kreteria-kreteria berikut ini. Pertama, ia menguasai bidang pekerjaan yang ditekuni. Kedua, ia menghasilkan produksi (hasil) yang berkualitas tinggi. Ketiga, ia mengabdikan diri sebagai wujud dedikasi. Keempat, ia mematuhi etika dalam mengemban profesi. Kelima, ia layak menerima bayaran sesuai dengan prestasi.[34] Jadi, dapat disimpulkan bahwa profesionalis kepemimpinan di abad 21 membutuhkan seorang pemimpin mampu menjalankan profesinya secara holistik. Didukung oleh kemampuan kompetensi di atas, maka pemimpin dapat mempengaruhi sikap dan perilaku atas usahanya terhadap orang lain menuju arah yang lebih baik dan komprehensif. Dan melalui profesionalisme itu, ia memanfaatkan ilmu (informasi) dan pengetahuan (pengalaman) ke dalam proses berpikir vertical artinya memanfaatkan informasi dan pengalaman demi ilmu dan pengetahuan untuk digerakkan dalam merumuskan masalah dan pemecahannya, sedangkan berpikir lateral bukan demi ilmu dan pengetahuan itu sendiri melainkan mencoba menggunakan kreativitasnya (daya cipta, imajinasi, ide-ide) yang cemerlang untuk melakukan terobosan-terobosan. Sehingga dalam profesionalisme itu organisasi dan anggota yang dipimpinnya dapat diberdayakan di era globalisasi secara produktif.

b.      Self Leadership
Abad globalisasi membawa perubahan yang sangat radikal. Setiap organisasi di abad ini dituntut kualitas dan produktivitas yang tinggi agar memiliki spirit dan power untuk mengendalikan atau menguasai kemajuan dan perubahan di era ini supaya tetap jaya dan menjadi pemenang dalam setiap kompetitif. Untuk itu, kekuatan pengetahuan, pengalaman dan kepribadian sangat memberi pengaruh dan nilai tersendiri bagi organisasi secara internal maupun eksternal. Untuk itu, ketika keberhasilan yang menjadi target maka setiap individu harus mau membangun diri langsung atau tidak langsung atau menjadikan Self Leadership untuk menju Self owner.  Abad ke 21 membawa sejumlah tantangan dan sekaligus merupakan peluang. Self Leadership adalah kunci dalam meningkatkan kemampuan kita. Sedangkan superleadership sebagai perangkat para pemimpin agar mampu menciptakan self-leadership kepada orang lain.[35] Jadi, pemimpin yang unggul adalah pemimpin yang dapat membangun self-leadership di tengah-tengah organisasi dan komunitasnya.
c.       Nilai
Nilai-nilai sangat penting bagi kepemimpinan yang berhasil. Nilai-nilai adalah kebenaran yang tidak bisa dikompromi dan dibantah yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku kita. Nilai-nilai memberikan motivasi karena menjelaskan kepada kita mengapa kita melakukan tindakan-tindakan dan bersifat membatasi. Karena menempatkan batasan-batasan di sekeliling perilaku kita. Nilai-nilai adalah apa yang kita anggap penting dan yang memberikan arahan dan bimbingan terhadap emosi-emosi kita.[36] Nilai atau value adalah sesuatu yang kita percayai sebagai hal yang penting bagi diri kita.dan nilai adalah sumber motivasi. Jika anda percaya bahwa sesuatu penting bagi anda maka anda akan termotivasi untuk melakukan hal itu. Sesuatu yang penting bagi anda akan menghasilkan dorongan internal yang kita sebut motivasi. Dan setiap area kehidupan seharusnya memiliki nilai tersendiri. Setiap pemimpin harus memiliki nilai di setiap bidang yang membawanya menjadi seorang professional baik relasi, karir, pekerjaan, perkembangan diri dan pertumbuhan spirirtual. Jadi setiap pemimpin yang unggul harus memiliki dan menjadikan nilai menjadi motivasi yang terus bertumbuh dan berkembang secara self-leadership menuju profesionalitas dalam mengarahkan organisasi dan komunitasnya tetap eksis dan berhasil di abad globalisasi ini. 

Kesimpulan

Melalui uraian di atas, pemimpin gereja masa kini perlu menyiapkan diri secara baik dalam mengwujudkan pemimpin yang berkualitas dan berkompetensi sebab gereja sebagai sebuah organisasi sangat membutuhkan pemimpin rohani yang unggul untuk bisa mempertahankan ke-eksistensi-an gereja sebagai wadah Kerajaan Allah di muka bumi dan wadah pelayanan untuk membawa keselamatan di dunia ini. Sementara, abad 21 sebagai abad globalisasi dan keterbukaan memiliki pengaruh yang amat signifikan terhadap kehidupan gereja dan umat Allah sehingga setiap pemimpin gereja perlu mencermati perkembangannya dan mewaspadai setiap dampak yang terjadi dengan meningkatkan kinerja kepemimpinan sehingga gereja akan terhindar dari ancaman dan bahaya akibat buruk dari abad 21 itu.

Daftar Pustaka

Alan E. Nelson, Spirituality & Leadership,(Bandung : Kalam Hidup,2002)
Ani Sri Rahayu, Pengembangan Kreativitas Kemandirian, (Malang : Aditya Media Publishing, 2012)
Anthony D’souza, Ennoble Enable Empower, Kepemimpinan Yesus Sang Almasih,  (Jakarta : Gramedia, 2009)
Antonius Purbiatmadi, Calling to Lead, (Jakarta : Obor, 2012)
Arvan Pradiansyah, You Are A Leader, (Jakarta : Elex Media Komputindo, 2005)
Buchari Alma, Kewirausahaan, (Bandung : Alfabeta, 2011)
Buchari Alma, Ratih Huriyati,, Manajemen Corporate & Strategi Pemasaran  Jasa Pendidikan  (Bandung : Alfabeta, 2008)
Eddie Gibbs, Kepemimpinan Gereja Masa Mendatang, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2010)
Edy Sutrisno, Budaya Organisasi, (Jakarta : Prenada Media, 2011)
Emmett C. Murphy, Mark A. Murphy, Memimpin Di Tepi Jurang Kekacauan, (Batam : Interaksa, 2005)
Frank Moffatt, Your Second Fifty – Live Your Life to the Fullest, (Jakarta : Elex Media Komputindo, 2009)
Gunadi Getol, Good Leadership vs Bad Leadership, (Jakarta : Elex Media Komputindo, 2010)
Hadari Nawawi, M.Martini Hadari, Kepemimpinan Yang Efektif, (Yogyakarta : gajahmada University, 2006)
Herb Baum – Tammy Kling, The Transparent Leadership, (Jakarta : Bhuana Ilmu Populer, 2004)
John Stoot, Your Mind Matters, (Jakarta : Perkantas, 2010)
Kenneth Boa, The Perfect Leader, (Malang : Gandum Mas, 2006)
Kisdarto Atmosoeprapto, Drives Your Vision to Tactical Action, (Jakarta : Elex Media Komputindo, 2002)
Myles Munroe, The Spirit Of Leadership, (Jakarta : Immanuel, 2002)
Nielche Patric, The Codes of A Leader (Jakarta : Prestasi Pustaka Raya, 2007)
Rochmanadji Widajat, Inovasi Untuk Unggul Di Tengah Persaingan, (Jakarta : Gramedia, 2011)
Sondang P. Siagian, Teori & Praktek Kepemimpinan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003)
Stacy T. Rinehart, Paradoks Kepemimpinan Pelayan (Jakarta : Immanuel, 2003)
Thefilus Purwanto, Becoming ProfessionalMan, (Jakarta : Metanoia, 2012)
Tjatur Dharmayanto, Leaders As Water, (Jakarta : BeeMarketer Institute, 2006)
Triantoro Safaria, Kepemimpinan, (Yogyakarta : Graha Ilmu,2004)
Veithzal Rivai, Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta : Rajawali Pers, 2011)
Yakob Tomatala, Anda Juga Bisa Menjadi Pemimpin Visioner, (Jakarta : Leadership Foundation, 2005)
Yakob Tomatala, Kepemimpinan Yang Dinamis, (Malang : Gandum Mas, 1997)
Yakob Tomatala,, Kepemimpinan Yang Dinamis, (Malang : Gandum Mas, 2005)
Yusuf Abu al-Hajjaj, Kreatif Atau Mati, (Surakarta : al-Jadid, 2010)





[1]http://teknik kepemimpinan.blogspot.com.
[2]Nielche Patric, The Codes of A Leader (Jakarta : Prestasi Pustaka Raya, 2007),3.
[3]Stacy T. Rinehart, Paradoks Kepemimpinan Pelayan (Jakarta : Immanuel, 2003), 17.
[4]Buchari Alma, Ratih Huriyati,, Manajemen Corporate & Strategi Pemasaran  Jasa Pendidikan  (Bandung : Alfabeta, 2008),116-117.
[5]Alan E. Nelson, Spirituality & Leadership,(Bandung : Kalam Hidup,2002) 34.
[6]Yakob Tomatala, Kepemimpinan Yang Dinamis, (Malang : Gandum Mas, 1997), 45-46
[7] Buchari Alma, Kewirausahaan, (Bandung : Alfabeta, 2011), 175
[8] Yakob Tomatala,, Kepemimpinan Yang Dinamis, (Malang : Gandum Mas, 2005),  46-47
[9] Frank Moffatt, Your Second Fifty – Live Your Life to the Fullest, (Jakarta : Elex Media Komputindo, 2009), 82
[10] Eddie Gibbs, Kepemimpinan Gereja Masa Mendatang, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2010), 118
[11] Kisdarto Atmosoeprapto, Drives Your Vision to Tactical Action, (Jakarta : Elex Media Komputindo, 20020, 3
[12] Yakob Tomatala, Anda Juga Bisa Menjadi Pemimpin Visioner, (Jakarta : Leadership Foundation, 2005), 22-23
[13] Triantoro Safaria, Kepemimpinan, (Yogyakarta : Graha Ilmu,2004), 91
[14] Ani Sri Rahayu, Pengembangan Kreativitas Kemandirian, (Malang : Aditya Media Publishing, 2012), 87-88
[15] Yusuf Abu al-Hajjaj, Kreatif Atau Mati, (Surakarta : al-Jadid, 2010), 81-83
[16] Rochmanadji Widajat, Inovasi Untuk Unggul Di Tengah Persaingan, (Jakarta : Gramedia, 2011),xvii
[17] Myles Munroe, The Spirit Of Leadership, (Jakarta : Immanuel, 2002), 247-248
[18] Gunadi Getol, Good Leadership vs Bad Leadership, (Jakarta : Elex Media Komputindo, 2010), 23
[19] Op cit, Kepemimpinan, 213-214
[20] Op cit, The Codes …Leader, 30
[21] Tjatur Dharmayanto, Leaders As Water, (Jakarta : BeeMarketer Institute, 2006), 166-167
[22] Emmett C. Murphy, Mark A. Murphy, Memimpin Di Tepi Jurang Kekacauan, (Batam : Interaksa, 2005), 115
[23] Arvan Pradiansyah, You Are A Leader, (Jakarta : Elex Media Komputindo, 2005), 264, 265
[24] John Stoot, Your Mind Matters, (Jakarta : Perkantas, 2010), 53-55
[25] Antonius Purbiatmadi, Calling to Lead, (Jakarta : Obor, 2012), 128-129
[26] Anthony D’souza, Ennoble Enable Empower, Kepemimpinan Yesus Sang Almasih,  (Jakarta : Gramedia, 2009), 85
[27] Op cit, Good …Leadership, 174-175
[28] Kenneth Boa, The Perfect Leader, (Malang : Gandum Mas, 2006), 92
[29] Edy Sutrisno, Budaya Organisasi, (Jakarta : Prenada Media, 2011), 40-41
[30] Herb Baum – Tammy Kling, The Transparent Leadership, (Jakarta : Bhuana Ilmu Populer, 2004), 145
[31] Sondang P. Siagian, Teori & Praktek Kepemimpinan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003), 55
[32] Op cit, Kewirausahaan, 109
[33] Hadari Nawawi, M.Martini Hadari, Kepemimpinan Yang Efektif, (Yogyakarta : gajahmada University, 2006), 166-167
[34] Thefilus Purwanto, Becoming ProfessionalMan, (Jakarta : Metanoia, 2012), 233-234
[35] Veithzal Rivai, Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta : Rajawali Pers, 2011), 62
[36] Op cit, ..Leader, 45