Rabu, 08 September 2010

Iman dan Harapan
GMI Distrik 3 Wilayah I

Oleh: DS Pdt. T.M. Karo-karo,STh,MA
Pimpinan Distrik 3 Wilayah I
I. Sejarah
Gereja Methodist Indonesia Distrik 3 Wil. I, sungguh suatu Distrik yang baru di Tubuh GMI. Distrik ini lahir sebagai akibat Penginjilan GMI ke Tanah Karo tahun 1982; saat itu GMI mengarahkan segala kemampuannya untuk mengadakan penginjilan ke Tanah Karo, Dairi dan Langkat Hulu. Beribu-ribu jiwa dibaptiskan dan didirikanlah gedung-gedung gereja di berbagai tempat. Sebelum PI tersebut hanya beberapa GMI di Distrik 3 sekarang antara lain: Lawe Desky, kampung sejahtera, Simpang dua, Perbulan dan Buluh Duri.

Dalam menjalani hari-harinya Distrik ini mengalami pasang-surut yang sangat mendebarkan hati dan dalam perkembangannya mulai mengarahkan matanya untuk mengembangkan sayap di Kabupaten Dairi, kemudian di Pak-pak Bharat. Kini Distrik ini setelah 27 tahun telah memiliki 85 jemaat dan Pos Kebaktian. Tetapi dalam usianyan yang ke-27 tahun Distrik ini masih belum bisa seperti yang diharapkan.

II. Perkembangan
Gereja-gereja yang ada di Distrik ini hanya berkembang secara kwantitas, tetapi secara kwalitas masih jauh dari harapan. Distrik ini masih tergantung pada Kantor wilayah dan gereja donator dalam hal menanggulangi perbelanjaan program dan nafkah para pelayan. Pembangunan gedung gereja masih bergantung pada Donatur dari Korea dan Kantor Pusat GMI.

Perkembangan GMI Distrik 3 Wilayah I masih morat-marit, seolah-olah nilai rohani sudah mulai luntur di dalam dunia pelayanan. Semangat hamba Tuhan umumnya telah padam; majelis kurang mengerti arti pelayanan dan mereka bukan ingin melayani tetapi sebaliknya ingin dilayani oleh Jemaat. Sesungguhnya gereja itu bagi mereka bukan pembawa kabar baik, melainkan hanya suatu institusi keagamaan belaka.

Adakah di dalam pertemuan ibadah, hamba Tuhan dan pelayan-pelayan lainnya membicarakan dan memberitakan Tuhan Yesus? Pertanyaan ini perlu dijawab dan perlu suatu pengkajian/survey yang lebih mendalam. Atau sebaliknya, dalam pertemuan tersebut hanya dibicarakan : UANG ?? Sehingga Tuhan menjauhkan Uang itu dari dalam pelayanan kami ? Karena bagaimanapun selama Tuhan mencintai kita, maka ketika kita mencintai uang maka uang itu akan lari dari kita.

III. Distrik Pembuangan
GMI Distrik 3 adalah suatu Distrik yang mengerikan dan Dihindari oleh Para Pendeta/Guru Injil GMI Wilayah I. Siapa yang pindah ke Distrik ini berarti Dia dibuang..... ? Tidak ada hamba Tuhan yang dengan sukarela mau mutasi ke Distrik ini. Ngeri…..Distrik Pembuangan, dan memang benar….setiap pendeta/guru injil yang pindah ke distrik ini akan merana atau sengsara….dan tahun berikutnya berusaha dengan segala cara agar pindah dari Distrik ini.
Distrik ini hanya suatu distrik persinggahan, dapat saya dikatakan jarang hamba Tuhan memberi hati untuk melayani dengan sesungguhnya di distrik ini. Hamba Tuhan menangis untuk nasibnya atau untuk dirinya sendiri, jarang hamba Tuhan menangis dan berdoa kepada Tuhan untuk jemaat-jemaat yang Tuhan telah percayakan kepada mereka. Menangis untuk diri sendiri sama dengan mengasihi diri sendiri….notabene…egois.
Masih adakah hati hamba-hamba Tuhan perduli terhadap perkembangan Distrik ini ? Atau masih adakah hati GMI Wilayah I untuk perduli akan nasib Distrik ini ? Bagaimana dengan hati para petinggi GMI..... ? tetapi yang kami tahu Tuhan Yesus masih perduli.....

IV. Strategi dan manuver
Timbul pertanyaan, mengapa terjadi demikian ? Tentu saja terlebih dahulu perlu dijawab pertanyaan ini : Siapa yang salah dan apa yang salah ?
Kalau ditanya apa yang salah tentu saja akan menyinggung oknum atau kelompok tertentu tetapi bagaimanapun pertanyaan ini harus dijawab sehingga dengan jelas kita dapat mengetahui apa yang salah.
• Yang salah adalah Suku Karo.....?
Hep…jangan dulu….Objek pelayanan kita adalah mereka---sudah pasti ,mereka tidak benar, justru untuk itu GMI seharusnya menuntun mereka ke jalan yang benar dan termasuk ke kemajuan bergereja.
Dan lagi kalau benar secara komunitas suku karo yang sulit dilayani---mengapa gereja GBKP, dan gereja lain bisa maju di Tanah Karo?
Atau sebaliknya gereja GMI yang bukan suku karo di distrik ini toh tidak maju juga?
• GMI yang salah jurus…
Ada benarnya…tahun 1982 dst ketika GMI all out ke Tanah Karo, GMI berupaya supaya suku Karo yang belum beragama itu bisa dibaptiskan walaupun belum percaya sepenuhnya. Teknik tersebut sangat tepat, karena saat itu ada suatu ancaman islamisasi dari ibukota Kabupaten Karo---dan proses itu sedang terjadi di Karo gugung. Dengan metode PI di atas maka orang-orang yang sudah dibaptis tersebut seolah-olah sudah dipagari sehingga bahaya islamisasi tersebut sedikit terhindarkan.
Tapi permasalahannya proses “pemagaran” tersebut tidak diimbangi dengan katekisasi (pengajaran) yang baik, sehingga iman mereka tetap dangkal. Kemudian tenaga-tenaga pelayan yang diutus melayani ke sana bukan tenaga-tenaga handal, umumnya mereka masih muda dan baru tamat dari sekolah Alkitab. Di samping itu persoalan-persoalan yang timbul akibat ketidakdewasaan pelayan baik persoalan moral, etika, social mengakibatkan munculnya suatu image bahwa GMI hanya bisa memberitakan “kabar baik” tapi tidak bisa melaksanakannya dalam kehidupan praktis. Akibatnya para warga jemaat banyak yang kembali ke kepercayaan lama dan yang sudah benar-benar percaya mereka pindah ke gereja lain (GBKP dan aliran kharismatik lainnya) karena mereka menganggap kepercayaan mereka tidak akan bertumbuh di GMI.

Proses Kaderisasi dan pemuridan tidak dilakukan secara sistimatis atau terencana; hal ini terjadi karena karena GMI baik dari Kantor Pusat tidak mempunyai pola atau sistim yang standard yang harus diterapkan di daerah-daerah PI, sehingga para pelayan di daerah lebih banyak mempergunakan metode-metode asal-asalan saja dan menanamkan harapan-harapan yang sementara kepada warga jemaat. Akibatnya yang diberitakan bukan Yesus Kristus melainkan Gereja Methodis Indonesia secara institusi. Situasi ini terus berlanjut konperensi demi konperensi dilalui tetapi tidak ada tersusun pola kaderisasi dan pekabaran injil yang baku ditambah lagi kwalitas pelayan terus menurun karena diterapkannya sistim “gereja harus memenuhi gaji pelayannya” tidak terkecuali gereja-gereja itu masih Pos PI. Hal ini mengakibatkan tenaga-tenaga yang tidak professional lambat laun tergeser ke Distrik ini sedang tenaga-tenaga yang baik akan dipindahkan atau dipromosikan ke Distrik yang lain. Sungguh ironis sekali.
• GMI belum memahami arti Pekabaran Injil
Sesungguhnya PI ke Tanah Karo, lain dengan PI ke daerah lain, setelah GMI otonom baru Pekabaran Injil ke Tanah Karo dan Langkatlah GMI berhadapan langsung dengan orang-orang yang mempunyai kepercayaan animisme (perbegu), hal ini terbukti dengan banyaknya gereja-gereja Methodist di desa-desa di Tanah Karo dan Langkat sebagai gereja yang perdana. Contohnya: GMI Mbal-mbal Petarum, GMI Rmbah Tampu di Tanah Karo, GMI Lau landing, GMI Kampung Aman di Langkat dan masih banyak yang lainnya. Artinya GMI saat itu bertemu dengan generasi pertama Kristen dan yang menciptakan generasi itu adalah Gereja Methodist. Apakah menciptakan satu generasi yang benar-benar “kristiani” mudah? Tentu saja tidak mudah, melainkan memerlukan waktu yang sangat panjang (kalau benar methodenya, kalau tidak benar akan lebih panjang lagi), dana yang sangat besar, pemikiran dan tenaga atau pengorbanan yang tidak sedikit.
Timbul pemikiran dalam benak kami, apakah mungkin GMI sebenarnya belum siap untuik melakukan missi saat itu? Dari segi dana mungkin saja oke, tetapi bagaimana dengan tenaga PI yang handal (seperti Nomensen) dan yang terlatih. Atau Depertement PI saat itu tidak mempunyai konsep yang jelas dan terencana, atau tidak mempunyai master plan pekabaran Injil.
• nnn
V. Distrik Harapan
Tujuan kita ke depan GMI Distrik 3 Wilayah I akan menjadi Distrik Harapan, idaman dan menjadi pembicaraan di GMI Wilayah I. Iman kita adalah “tidak ada yang tak mungkin di hadapan Allah” apalagi GMI mempunyai mempunyai jemaat-jemaat yang sangat potensial mendukung Pekabaran Injil. Prinsipnya harus mengedepankan pelayanan kepada Tuhan, memasyurkan namaNya dan melakukan kehendakNya, maka semuanya akan dicukupkan olehNya.
Ada beberapa langkah yang harus dilakukan untuk mencapai hal tersebut:
• Menyegarkan, memotivasi hamba-hamba Tuhan dengan Diklat dan pembinaan-pembinaan.
• Memberikan gaji yang ideal kepada hamba-hamba Tuhan sehingga mereka tidak perlu kuatir dengan hal yang lain, dan mereka akan terfokus memikirkan pelayanan (bukan memikirkan uang). Hal ini perlu kerjasama yang baik dengan gereja-gereja partner dan Kantor Wilayah I.
• “Menyingkirkan” tenaga-tenaga yang tidak handal dengan berbagai cara tanpa mengorbankan mereka dan kelurga mereka, hal ini perlu pembicaraan di dalam cabinet GMI Wil. I. Memasukkan tenaga-tenaga pelayan yang serius melayani dan mempunyai rencana ingin memuliakan nama Tuhan.
• Menyusun suatu rencana strategi pembinaan yang baku yang harus dilakukan setiap hamba Tuhan dan gereja, dann strategi ini harus dilakukan secara kontiyu sehingga akan tercipta tenaga-tenaga penunjang pelayanan di dalam setiap jemaat.
• Teologi Methodist adalah teologia praktis, dan ini sangat cocok diterapkan apalagi sistim dan Displin GMI tidak kompromi dengan Dosa, dan mengejar kekudusan pribadi.
• Dan beberapa statregi yang dianggap perlu sesuai dengan kebutuhan di dalam jemaat local.
• Dan lain-lain.
VI. Penutup
Tulisan ini adalah suatu iman dan harapan penulis, dan ‘impian’ ini akan menjadi kenyataan jika segenap pelayan, majelis, Pimpinan Distrik dan Kantor GMI Wilayah I dapat melaksanakan langkah-langkah pembinaan dan mengganggap bahwa pekabaran Injil itu ‘mahal’ oleh sebab itu harus dijaga dan di pelihara dengan baik dan sungguh-sungguh. Akan tiba saatnya Distrik 3 wilayah I akan menjadi ‘negeri impian’ bagi setiap pelayan di GMI Wilayah I, karena sesungguhnya Distrik ini seperti tanah ‘kanaan’ di dalam PL yang berlimpah susu dan madunya.

Sidikalang
Awal September 2010

1 komentar: