KHOTBAH
MINGGU 25 NOPEMBER 2012
DI GMI
KASIH KARUNIA, JALAN HANG TUAH 3 MEDAN
Nats
Alkitab : 1 Tesalonika 4:13-18
Thema : Berpengharapan dan hidup Kudus
Oleh: DS
Pdt. T.M. Karo-karo,STh,MA
I.
Pendahuluan
Minggu ini dalam Almanak kita
disebut “Minggu Kristus Raja”, dalam almanak sebelumnya lebih dikenal dengan sebutan “Minggu akhir Tahun gereja”.
Minggu depan kita memasuki minggu Advent I sebagai awal tahun gereja. Apa itu
Minggu Kristus raja? Minggu Kristus Raja
merupakan hari Minggu penutup Tahun Liturgi Gereja, sekaligus saat untuk
menyambut Adven, sehingga menjadi istimewa. Hari raya ini mengarahkan gereja
kepada zaman penyelesaian akhir karya keselamatan Allah di dalam Kristus
(Mat. 3:2; 4:17; 10:7; Luk. 9:2; 2 Ptr. 1:16; bnd. Mrk. 15:18; Luk. 23:3, 37,
38; Yoh. 19:3, 14). Saat ini gereja masih menantikan langit dan bumi yang baru
di mana Kristus Sang Raja akan datang kembali sebagai Hakim untuk menyelesaikan
segala sesuatunya dan menaklukkan segala sesuatu, sehingga “Allah menjadi semua
di dalam semua” (1 Kor. 15:28; 1 Tim. 6:16; Why. 21-22). Inilah tujuan seluruh
sejarah manusia dan seluruh sejarah gereja.
Dalam rentang waktu antara
kedatangan Kristus yang pertama dan kedatangan-Nya yang kedua kalinya hiduplah
gereja. Gereja hidup, bergerak, dan berziarah menuju kepada janji kepenuhan
hari penyelamatan Allah yang di satu pihak sudah terlaksana di dalam
Kristus dan di lain pihak bergerak dalam rangka sejarah dunia kepada
penyelesaian akhirnya. Dalam rentang waktu itulah gereja berliturgi untuk memuliakan
Allah dan dengan demikian juga membawa manusia kepada kekudusan.
Suatu tradisi yang yang sering
dilakukan oleh gereja pada minggu ini (di toba) biasanya warga jemaat datang ke
gereja berpakaian serba hitam. Nama-nama warga jemaat yang telah meninggal
dunia selama setahun ini dibacakan/ditingtingkan. Minggu ini secara khusus diberikan waktu
kepada jemaat untuk mengingat kembali
keluarga yang telah lebih dahulu meninggal dunia. Tetapi sesungguhnya
intinya lebih mengarah kepada “bagaimana supaya jemaat mengingat masa
parusia” kedatangan Yesus yang kedua kali” dan jangan lupa mempersiakan diri
untuk menyambutNya.
II.
Berpengharapan
dan hidup Kudus
Tujuan Paulus mengingatkan jemaat tentang Parusia
adalah supaya jemaat tetap mempunyai pengharapan dan di dalam hidup tetap
menjaga kekudusan. Karena pengharapan dan kekudusan itu sangat erat sekali
hubungannya. Orang yang tidak mempunyai harapan maka dia tidak akan mau
berjuang.
Ketika saya diangkat sebagai DS di Nias, saya
mempunyai suatu harapan ( bisa harapan duniawi atau rohani). Harapan saya
sederhana, GMI di sana bisa jadi suatu alat untuk kemuliaan Tuhan, selanjutnya harapan
saya---nanti GMI di sana bukan hanya di Nias selatan, tapi ke utara, induk,
barat bahkan ke Pulau Telo. Sehingga
kami bersama dengan jemaat yang ada punya semangat, aksi, tindakan. Dll.
Ada pengharapan anda----maka akan ada aksi anda untuk
menjaga kekudusan.
Paulus bertujuan untuk tetap menjaga pengharapan warga
jemaat, sehingga ini akan menolong mereka untuk menjaga kekudusan mereka.
III.
Pengharapan
membuat anda untuk tetap siap sedia.
Saya pernah mendengar cerita tentang perjalanan
Colombus dalam menemukan benua yang baru. Katanya, pernah terjadi ketika
Colombus berlabuh di sebuah pulai kecil, beberapa anak buahnya tertinggal di
pulau itu.
Setelah Colombus menyadari bahwa ada beberapa anak buahnya yang tertinggal, di carilah jalan untuk kembali ke pulau kecil itu. Tapi sayangnya, berhari-hari, berbulan-bulan tak bisa juga, akhirnya ternyata kapal Colombus itu menemukan jalan kembali.
Sampai akhirnya, setelah berbulan-bulan lamanya, ketemu juga tuh pulau kecil itu. Yang mengherankan adalah, ketika Colombus datang untuk menjemput anak buahnya yang tertinggal itu, ternyata para anak buahnya itu sudah bersiap-siap dan berkemas seakan tahu bahwa hari itu Colombus datang menjemput mereka yang tertinggal di pulau kecil itu.
"Lah, kok kalian udah siap-siap gini sih?? Darimana kalian tahu hari ini saya bisa ketemu kalian di pulau kecil ini??" tanya Colombus.
"Oh, tidak kapten, kami tidak tahu kapan kapten datang kembali untuk menjemput kami. Tapi setiap hari kami selalu saling mengingatkan setiap hari: woii, beres-beres semua ya, siapa tahu kapten datang hari ini"
Apa yang dirasakan oleh para anak buah yang tertinggal di pulau kecil tadi itu sebetulnya hal itu juga yang menjadi perasaan dan pengharapan mereka, jemaat di Tesalonika: Mereka menanti kedatangan bos dan mereka berharap bos cepat datang dan akan datang di hari itu.
Akan tetapi, ternyata bagi jemaat di Tesalonika, bos nya belum datang-datang. Tuhan maksudnya yang belum datang-datang.
Setelah Colombus menyadari bahwa ada beberapa anak buahnya yang tertinggal, di carilah jalan untuk kembali ke pulau kecil itu. Tapi sayangnya, berhari-hari, berbulan-bulan tak bisa juga, akhirnya ternyata kapal Colombus itu menemukan jalan kembali.
Sampai akhirnya, setelah berbulan-bulan lamanya, ketemu juga tuh pulau kecil itu. Yang mengherankan adalah, ketika Colombus datang untuk menjemput anak buahnya yang tertinggal itu, ternyata para anak buahnya itu sudah bersiap-siap dan berkemas seakan tahu bahwa hari itu Colombus datang menjemput mereka yang tertinggal di pulau kecil itu.
"Lah, kok kalian udah siap-siap gini sih?? Darimana kalian tahu hari ini saya bisa ketemu kalian di pulau kecil ini??" tanya Colombus.
"Oh, tidak kapten, kami tidak tahu kapan kapten datang kembali untuk menjemput kami. Tapi setiap hari kami selalu saling mengingatkan setiap hari: woii, beres-beres semua ya, siapa tahu kapten datang hari ini"
Apa yang dirasakan oleh para anak buah yang tertinggal di pulau kecil tadi itu sebetulnya hal itu juga yang menjadi perasaan dan pengharapan mereka, jemaat di Tesalonika: Mereka menanti kedatangan bos dan mereka berharap bos cepat datang dan akan datang di hari itu.
Akan tetapi, ternyata bagi jemaat di Tesalonika, bos nya belum datang-datang. Tuhan maksudnya yang belum datang-datang.
Pengharapan membuat anda selalu bersiap-siap.
IV.
Kesiapan
menunggu Tuhan berarti juga siap
menghadapi realita Kematian
Ada sebuah keluarga yang mempunyai seorang oppug yang sudah sangat tua, ma demi
adat maka keluarga itu sudah mempersiapkan “sigagat duhut (kerbau)” untuk acara
adat oppung tersebut (karena adat Toba).
Tapi ternyata dia yang lebih dahulu meninggal dari pada oppungnya. Artinya kita
tidak tahu kapan Yesus datang kedunia ini untuk yang kedua kali, tetapi juga
kita tidak tahu kapan kita akan dipanggil oleh Bapa yang di sorga.
Kematian itu sejatinya: menakutkan, mengerikan,
mendukakan. Bagi orang yang biasa/hidupnya lancer hendaknya jangan ada kematian.
Tapi sebaliknya bagi sebagian orang ada yang mencari
kematian:
·
Dua anak kandungnya ditenggelamkan dalam bak sampai
mati---lalu dia bunuh diri
·
Ibu minum racun
·
Ibu membakar anaknya
Ini bagi orang-orang yang ada
masalah.
Jadi jangat takut terhadap
kematian, tetapi juga jangan cari mati, yang lebih penting bersip-siaplah
senantiasa untuk menghadapi kematian---jangan ceroboh hari esok bukan untukmu,
tapi pergunakanlah hari ini, hari yang telah diberikan Tuhan untuk mempersipkan
dirimu dan jangan lupa mensyukuri hari kemarin.
Illustrasi:
ada suatu perjalanan liburan,
sebuah keluarga pergi dengan mobil mereka menuju lokasi wisata, dan dengan
jendela kaca yang diturunkan, mereka dapat menikmaai kehangatan matahari pagi
yang cerah. Namun tiba-tiba seeokor lebah masuk ke dalam mobil itu dan
berputar-putar di dalam mobil. Salah seorang anak perempan kecil di dalam mobil
itu sangat alergi terhadap sengatan lebah, yang dapat mengancam jiwanya dalam
beberapa jam saja jika disengat lebah.
“Aduh Ayah! Dia berteriak karena
ketakutan, “Ini lebah, ia akan segera menyengat aku!” Sang ayah mencoba menghentikan mobil dan mencoba menangkap lebah itu. Lebah
itu terbang tepat mengarah kepadanya dan tiba-tiba menghantam kaca depan mobil,
saat itulah tepat sang Ayah menangkap lebah itu dengan kedua tangannya. Pada
saat menggenggam lebah itu, tangan sang ayah pun disengat lebah itu dan rasa
cukup perih akibat sengatan lebah itu dirasakan oleh sang ayah.
Kemudian
sang ayah melepaskan lagi lebah itu dari tangannya. Namun ternyata lebah itu
masuk lagi ke dalam mobil. Anak perempuan itu seketika kembali panik dan
berteriak “Ayah! Lebah itu akan menyengat saya lagi lagi! Dengan
tenang sang ayah menjawab “Tidak
sayang, dia tidak akan menyengatmu lagi. Lihat tangan ayah.” Sengat lebah itu
tertancap di tangan sang ayah.
Refleksi:
Di dalam kitab 1 Korintus 15:55-57
Paulus menuliskan: “Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?” Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah
hukum Taurat. Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan
oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.” Ketika Yesus disalibkan, disana Ia
mempersembahkan diri-Nya untuk mati bagi dosa-dosa manusia, ketika Ia
menampakkan diri kepada murid-murid-Nya, Ia menunjukkan kedua belah tangan-Nya
yang berlubang bekas tusukan paku salib. Sengat maut/ dosa sudah dicabut oleh
kematian Yesus Kristus, dan setiap orang yang percaya pada-Nya telah dibebaskan
dari sengat maut dan dari kuasa dosa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar