Kamis, 26 Desember 2013

  PENGHARAPAN NATAL
( Yesaya 9 : 1-6, Lukas 2 : 11)
oleh Rev. Saumiman Saud*)


Apa arti kita merayakan Natal? Bagi kebanyakan orang, Natal selalu identik dengan pohon cemara yang selalu dihiasi dengan lampu kerlap kerlip, atau berbagai aksesoris yang digantung pada ujung daunnya atau hiasan berbentuk efek salju dari kapas. Maka tidak heran, setiap menjelang natal, orang menghiasi rumahnya dengan pohon natal dan segala aksesorisnya.

Lalu ada yang mengatakan bahwa Natal adalah liburan orang Kristen. Banyak orang menganggap bahwa natal adalah kesempatan berlibur dari kejenuhan pekerjaan dan rutinitas. Di dalam liburan itu, kita menjumpai orang-orang yang merantau "pulang kampung" dan bersilaturahmi dengan sanak saudara, atau terbang menuju tempat-tempat wisata.

Ada orang juga mengidentikkan Natal dengan Sinterklas. Siapa yang tidak kenal tokoh ini? interklas adalah "kakek" tua seragam merah, berjanggut dan berkumis panjang nan lebat dengan kereta rusa yang bisa terbang ke angkasa sambil membawa sebuah karung besar berisi hadiah bagi anak-anak yang berbuat baik selama satu tahun.

Orang yang lain mengidentikan Natal dengan kesibukan. Sudah menjadi kebiasaan bahwa menjelang Natal kesibukan terjadi di mana-mana. Bagi mereka yang kerja sibuk menyelesaikan pekerjaannya, karena sebentar lagi ada liburan panjang,, bagi para mahasiswa mereka sibuk berjuang dengan paper dan ujian. Para ibu rumah tangga juga sibuk dengan mempersiapkan hadiah buat anak-naknya. Sementara anak-anak menunggu hadiah apa yang mereka bakal peroleh pada Natal kali ini. Jadi boleh dibilang, menjelang Natal itu penuh dengan segala kesibukan.

Sekarang bagaimana dengan orang percaya memperingati Natal ini? Apakah kita mesti ikut arus juga berlalu dengan segala kesibukan memasang pohon cemara, berlibur panjang dan membeli berbagai macam hadiah? Tidak salah sih kita melakukan demikain, saya juga tidak anti dengan semua itu? Namun, apakah orang percaya juga harus menutup tahun dengan dengan kredit card yang membengkak? Kelelahan, dan sakit? Tentu bukan itu yang kita harapkan bukan?

Natal yang sesungguhnya adalah kita memperingati kelahiran Yesus Kristus, inilah pengharapan yang sesungguhnya.
Itu sebabnya di sini letak suatu perbedaan yang kontras dari orang-orang luar yang sedang merayakan natal. Di dalam natal orang percaya terletak suatu pengharapan yang tidak dimiliki oleh orang-orang sekuler. Supaya anda dapat mengikuti dengan baik maka saya coba memberikan acronym pengharapan natal dengan kata “ CHRIST” sebagai poin-poin kita .

Natal adalah sebuah Call (Panggilan)

Yesus Kristus yang lahir di sebuah kandang domba di Betlehem. Ia merupakan sumber Terang. Kitab Yesaya 9 : 1 mencatat bahwa “ Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar” Nah, kondisi manusia yang berdosa berada pada titik yang separah-parahnya, karena koneksinya dengan Tuhan terputus. Manusia tinggal menunggu saatnya untuk dihukum. Namun ternyata Tuhan Allah adalah Allah yang tetap mengasihi umat ciptaan-Nya, oleh sebab itu Ia mengutus anak-Nya datang ke dunia ini.

Nabi Yesaya sangat benar, sebab ia mengatakan bangsa yang tengah berjalan di dalam kegelapan itu telah melihat terang yang besar. Nah terang yang besar ini merupakan suatu panggilan resmi bagi semua orang. Di dalam dunia yang penuh dosa ini manusia begitu dikuasai kegelapan sehingga mereka tidak dapat lagi membedakan mana yang baik dan buruk. Oleh sebab itu Yesaya memberitahukan bahwa ada suatu signal Terang, supaya mereka yang berjalan ke dalam kegelapan membalik arah.

Terang itu ibarat suatu panggilan, seperti lampu radar yang dipancarkan di Airport, tatkala lampu tersebut dinyalahkan dan sinarnya diarahkan ke atas langit, itu pertanda suatu signal panggilan dari airport terhadap pesawat yang akan mendarat. Mungkin pesawat itu sudah kehilangan arah dan menuju kepada kegelapan, itu sebabnya perlu sinar terang benderang mengarahkannya.

Demikian juga Natal yang kita rayakan hari ini, Natal yang merupakan suatu panggilan terhadap umat manusia supaya mereka membalik arah di dalam hidupnya. Bukan sekadar sibuk memasang pohon cemara, bukan sekedar liburan wisata, bukan pula sekadar membeli hadiah, namun lebih dari itu, ada Terang yang bersinar, yakni panggilan Tuhan itu sendiri. Sebelumnya mungkin perjalanan hidup kita masih menuju ke dalam kegelapan, tetapi Yesus lahir memberi sinar Terang, dan umat manusia harus mengarahkan kehidupannya kepada-Nya.

Natal adalah Happines ( Kesukacitaan)

Kehidupan di dalam kegelapan penuh dengan berbagai kekotoran, jijik dan dihinggapi dengan berbagai kuman penyakit. Kita tentu dapat membayangkan betapa menderitanya manusia yang berada dalam kondisi ini. Penghapannya seakan-akan punah, dan masa depan berlalu dengan keluhan dan tangisan.

Namun selanjutnya Yesaya menulis, lihat Yesaya 9 : 2 “Engkau telah menimbulkan banyak sorak-sorak, dan sukacita yang besar; mereka telah bersukacita di hadapan-Mu, seperti sukacita di waktu panen, seperti orang bersorak-sorak di waktu membagi-bagi jarahan” Kelahiran Yesus di kandang domba itu bukan hanya mengarahkan umat manusia menuju Terang, tetapi sekaligus merupakan suatu kabar sukacita. Injil Lukas mencatat Lukas 2 : 10-11” Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud”

Bersuka-citalah, sebab Yesus bukan sekadar bayi yang lahir di kandang domba, tetapi IA adalah anak Allah yang diutus ke dunia memberikan pengharapan kepada setiap umat manusia. Sukacita natal ini semestinya melebihi segala harta kekayaan yang kita miliki. Sebab seperti orang muda di dalam Alkitab yang kaya raya, Ia harus meninggalkan Tuhan Yesus dan tidak mendapat sukacita sebab ia lebih mencintai hartanya ketimbang Tuhan Yesus.

Natal adalah Reconciliation (Perdamaian)

Hiruk pikuk suasana natal tidak dapat menggantikan perdamaian yang dirancang oleh Tuhan Allah kita. Yesus datang ke dunia justru menghancurkan keegoisan dan keserakaan manusia. Konsep manusia selalu tertuju kepada kekayaan, pangkat dan pengetahuan. Tetapi Tuhan Allah justru mempermalukan pikiran picik ini. Raja yang semestinya lahir di Istana mewah penuh dengan kemergelapan pesta justru lahir di kandang domba penuh dengan kotoran binatang. Namun inilah perdamaian yang dirancang Tuhan. Yesus lahir ke dunia membangun hubungan jembatan antara manusia dengan Tuhan Allah yang telah terputus selama ini. Inilah yang saya sebut dengan pengharaoan Natal kita kali ini. Tali perdamainan itu hanya dapat terjadi kalau adanya pengorbanan; dan Yesuslah sebagai korban itu.
Natal itu semestinya mestinya menciptakan prilaku adanya rekonsiliasi (Perdamaian) , Yesus datang ke dunia untuk mendamaikan umat manusia dengan Allah. Inilah pengharapan natal yang sesungguhnya. Natal bukan diselenggrakan dengan pesta pora sehingga mabuk dan para tetangga harus melaporkannya ke polisi supaya menghentikan pesta itu? Bukan! Bukan demikian. Tetapi ada suatu kedamaian, karena Yesus lahir ke dunia sebagai Rja Dmai, Ia telah memperdamaikan kita dengan Allah.

Natal adalah Incarnation ( Inkarnasi)

Kadang kita bertanya mengapa Yesus justru lahir di kandang domba, tidak seperti biasanya manusia lahir. Semiskin-miskinnya manusia di dunia ini paling sedikit ia lahirnya di rumah, jika tidak di klinik atau puskesmas terdekat. Namun rupanya inilah bukti inkarnasi Yesus. Dia yang setara dengan raja, tidak menggangap diri-Nya di dalam kesetaraan itu. Philipi 2:6-7 “yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”

Ia rela mengambil rupa manusia untuk menggantikan manusia yang berdosa, mati di salibkan di atas kayu salib. Tidak adil bila manusia yang berdosa, tetapi malaikat yang dikorbankan. Tidak adil pula bila manusia berdosa namun binatang yang dikorbankan. Lalu bagaimana? Satu-satunya yang paling adil adalah, Ia sendiri datang ke dunia dan menjadi manusia menggantikan kita. Inilah makna natal yang sesungguhnya. Kiranya ada keterbukaan hati kita untuk menyerahkan seluruh kehidupan kita kepada-Nya.
Natal adalah Sacrifice (Pengorbanan)

Tidak ada program terbesar di dalam dunia ini yang menyangkut kepentingan setiap orang di seluruh dunia, kecuali program keselamatan yang telah dirancang Tuhan Allah bagi kita. Usaha dan kerja keras manusia tidak bakal membuahkan hasil, sebab keselamatan itu merupakan anugerah semata-mata. Efesus 2 : 8-9 “ Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.

Anugerah merupakan pemberian yang terbaik dan cuma-Cuma, (orang Indonesia bilang gratis, dan ornag Malaysia bilang percuma) . Anugerah diberikan juga bukan berdasarkan kelayakan kita. Seorang penulis berkata demikian : Tidak ada orang yang terlalu berdosa, sehingga ia didiskualifikasi oleh Allah untuk menerima keselamatan. Tidak ada orang yang terlalu baik, yang “berkualifikasi’’ untuk menerima keselamatan!

Penulis cerpen Amerika terkemuka, O. Henry, nama aslinya William Sydney Porter yang lahir di Greenboro, North Carolina menulis sebuah kisah Natal tersohor yang diberi judul The Gioft Of The Magi. Kisah itu tentang sepasang suami-istri muda yang sedemikian saling mencintai. Natal sudah dekat dan mereka ingin saling memberikan hadiah. Tetapi mereka sangat miskin dan tidak mempunyai uang untuk membeli hadiah. Maka mereka masing-masing, tanpa saling memberi tahu, memutuskan untuk menjual miliknya yang paling berharga.
Bagi sang istri, harta miliknya yang paling berharga adalah
rambutnya yang panjang berkilau. Ia pergi ke sebuah salon dan menyuruh memotong rambutnya. Kemudian ia menjual potongan rambutnya itu untuk membeli sebuah rantai arloji yang indah untuk arloji suaminya. Sementara itu, sang suami pergi kepada seorang tukang emas dan menjual satu-satunya arloji yang dimilikinya untuk membeli dua potong sisir yang indah untuk rambut kekasihnya.

Ketika hari Natal tiba, mereka saling menyerahkan hadiah. Mula -
mula mereka menangis terharu, namun kemudian keduanya tertawa. Tidak ada lagi rambut yang perlu dirapikan dengan sisir indah pembelian sang suami, dan tidak ada lagi, arloji yang memerlukan seutas rantai indah pembelian sang istri. Tetapi ada sesuatu yang lebih berharga daripada sisirdan rantai arloji, yaitu pesan dibalik hadiah- hadiah itu; Merekamasing - masing telah mengambil yang terbaik dari dirinya untuk diberikan kepada pasangannya.

Suatu hadiah bukanlah hadiah jika tidak menimbulkan suatu
pengorbanan dalam diri kita, dan jika tidak menjadi bagian dari diri kita
sendiri. Yesus memberikan dari-Nya yang terbaik untuk kita. Ia memberikan nyawa-Nya, untuk menebus dosa - dosa kita, untuk menyelamatkan hidup kita, supaya bisa tetap bersama dengan Dia untuk selama-selamanya. Apa yang aku berikan kepada-Nya yang terbaik, dariku..? "Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat - sahabatnya. Kamu adalah sahabat-KU, jikalau kamu berbuat apa yang kuperintahkan kepadamu." (Yohanes 15 :13, 14) Inilah makna Natal yang sesungguhnya.

Natal merupakan suatu pengorbanan yang nyata, sebab Yesus yang lahir kedunia ini yang bakal dikorbankan menggantikan kita. Pengorbannya sangat besar, karena Ia rela menggantikan kita. Yohanes 3 : 16 mencatat : “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”


Natal adalah Transformation (Transformasi)

Bahasa Gerika menyebutkan kata Transformation dengan Metaformoshis yang artinya suatu perubahan. Natal yang sesungguhnya membawa perubahan yang radikal seperti itu. Nabi Yesaya di dalam Yesaya 9 : 5 berkata “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. “ Namun kenyataan banyak anak-anak Tuhan yang merayakan Natal masih belum sungguh-sungguh merasakan dan menikmati perubahan seperti itu.

Perubahan dari dunia gelap menuju dunia Terang, perubahan dari anak-anak kegelapan menjadi anak-anak Terang; hal ini merupakan suatu perubahan yang besar tentunya. Memang Tuhan Allah kita tidak pernah berubah, Dia tetap baik, Dia tetap mengasihi, Dia tetap menunjukkan kesetiaan-Nya. Nah yang bermasalah itu adalah anak-anak Tuhan, bapak-nya baik tetapi anak-Nya bagimana? Anaknya mesti ada perubahan, ini pengharapan kita bersama. Pengharapan Natal ini bukan hanya milik segolongan kecil orang-orang yang berada di gereja, tetapi suatu pengharapan yang sifatnya menyeluruh “ bagi semua bangsa”.

Bagaimana pengharapan ini dapat ditularkan ke seluruh bangsa, jika anak-anak Tuhan itu sendiri tidak ada perubahan total di dalam hidupnya. Hidup bersama Tuhan bukan hanya dijalani dalam bentuk teori, tetapi harus juga dipraktekkan. Oleh sebab itu biarlah Natal kali ini sungguh-sungguh menjadi bagian hidup kita semua, sehingga berita suka-cita ini dapat menjadi berita suka-cita bagi orang lain juga. Kristus yang lahir itu adalah CHRIST , sebuah Call, Happines, Reconsiliation, Incarnation, Sacrifice dan Transformation dalam hidup kita.
*) Penulis adalah pendeta yang berdomisili di USA. Beliau dapat dihubungi dengan email saumiman@gmail.com

Top of Form
Bottom of Form


Senin, 02 Desember 2013



Khotbah Natal
Punguan Silahi sabungan Sektor 33
Minggu01 Desember 2013
Mazmur 145:9
Oleh: Pdt. T.M. Karo-karo,STh,MA
Thema:  TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya
Sub Thema: Marilah kita bersatu untuk meningkatkan keperdulian kepada sesama”


Allah itu baik bagi semua orang. Inilah statement pemazmur dalam Masmur 145:9b. {Kalau kita baca Mazmur 145 secara keseluruhan, kita menemukan apa saja kebaikan Allah menurut Pemazmur. Disebutkan antara lain: Ia adalah penopang bagi smeua orang yang jatuh, Ia adalah penegak bagi semua orang yang tertunduk, Ia memberikan makanan kepada mereka pada waktunya, Ia adil dalam segala jalan-Nya, Ia penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya, Ia dekat pada semua orang yang berseru pada-Nya dalam kesetiaan, Ia melakukan kehendak orang-orang yang takut akan Dia, Ia mendengarkan teriakan mereka dan menyelamatkan mereka, Ia menjaga semua orang yang mengasihi-Nya, Ia akan membinasakan semua orang fasik}. Statemen ini tentunya bukan sekedar ucapan, tetapi berdasarkan pengalaman hidup Pemazmur, dalam hal ini Daud. Inilah salah satu alasan mengapa Daud memuji Tuhan, bahwa Allah itu baik bagi semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikanNya. Artinya tidak hanya kepada orang tertentu atau bangsa tertentu saja, tapi kepada semua orang. Statemen ini adalah suatu penghiburan dan juga sekaligus suatu peringatan kepada kita.

Penghiburan: karena kita mendapat kepastian bahwa Allah itu baik kepada semua orang, berarti juga baik kepada kita tanpa terkecuali. Kebaikan Allah itu sangat sempurna. Kebaikannya tidak berdasarkan untung rugi, tidak berdasarkan apakah ia orang  Kristen atau tidak, sesama anggota gereja atau tidak, satu kampung atau tidak, satu marga atau tidak, dsb, seperti yang sering dipraktekkan manusia. Ia baik kepada semua orang karena ia mengasihi manusia. Dan kebaikan Allah yang spektakuler telah dinyatakan di dalam Natal. Dikatakan spektakuler karena kebaikan itu sesungguhnya tidak pantas diberikan kepada manusia yang tidak tahu diri, yang selalu melawan Allah melalui perbuatannya yang jahat. Inilah yang disebut  sebagai anugrah yang mahal. Walaupun diberikan dengan cuma-cuma, tetapi harganya sangat besar bagi Allah, yaitu hidup anakNya sendiri diberikan bagi manusia. Kalau demikian bagaimanakah seharusnya sikap kita? Sikap kita seharusnya menyambut anugrah Allah (kebaikan Allah) tersebut dengan sikap hidup yang menerapkan hakekat Natal itu sendiri, yakni berbuat baik kepada semua orang. Dan kebaikan itu dapat dijabarkan dalam bentuk nyata di tempat masing-masing kita.

Juga sebagai peringatan kepada kita yang mengaku beragama, mengaku percaya kepada Allah yang baik, khususnya kepada yang mengaku Kristen namun kelakuannya tidak lebih baik dari mereka yang di luar Kristen. Dalam hal ini Yesus pernah memberi peringatan kepada pendengarnya pada waktu itu, khususnya kepada mereka yang mengaku sebagai umat Tuhan: “kalau engkau berbuat baik kepada orang yang baik kepadamu apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian. Maksud Yesus sangat jelas, harus nampak nilai lebih dari setiap orang percaya (orang kristen), yakni tidak hanya kebaikan berdasarkan ukuran dunia tetapi melampaui itu. Natal bukan hanya diperuntukkan bagi orang benar, tetapi juga semua orang tanpa terkecuali. Artinya implikasi Natal tidak hanya sebatas kita baik kepada teman kita, tetapi juga “musuh kita”. Inilah kebaikan yang dilandasi kasih agave yang telah dipraktekkan Allah melalui Natal.
Selamat hari Natal dan memasuki Tahun Baru 2014