Rabu, 26 Oktober 2011

Peletakan Batu Penjuru Pastori GMI Pardomuan




PELETAKAN BATU PENJURU

PASTORI GMI PADOMUAN DISTRIK 3 WIL.I

Sesuai dengan Program GMI Distrik 3 Wil. I dalam bidan Missi pada Konta 2011, bahwa Missi GMI Distrik 3 Wilayah I diarahkan ke daerah Konperensi Resort Lae Naberu. Oleh sebab itu salah satu gereja yang ada di resort Lae Naberu yakni GMI Padomuan berencana membangun Pastori sebagai tempat hamba Tuhan, sehingga dari sinilah nanti akan dibuka pos Pelayanan baru di sekitar Pardomuan.

Berhubungan dengan itu maka pada hari selasa 25 Oktober 2011, diadakanlah peletakan batu penjuru Pastori di GMI Padomuan. Acara ini dipimpin oleh Pimpinan Distrik 3 Wil. I DS Pdt. T.M. Karo-karo,STh,MA, besama dengan Pimpinan Jemaat GI TR Rajaguk-guk,STh dan Pimpinan Jemaat GMI Lae Naberu GI Mariaty br Panjaitan. Acara diawali dengan kebaktian, diakhiri dengan acara makan. Rumah rencana dibangun permenen dengan ukuran 8 x 8 meter dengan total biaya Rp 70.000.000,- dengan dana swadaya jemaat dan bantuan donator. Jika anda ingin berpartisipasi dalam pembangunan ini bisa hubungi DS Pdt. T.M. Karo-karo,STh,MA di nomor 0812.6363.612.

Sabtu, 22 Oktober 2011

Makna Kasih


“Makna Kasih”

Ringkasan Khotbah Di GMI Syaloom Panji Sibura-bura, Sidikalang

Minggu 23 Oktober 2011

Nats: Matius 22:34-40

Ada dua hal yang diperintahkan oleh Allah untuk kita lakukan dalam nats kita:

I. Mengasihi Allah

Mengasihi Allah berarti:

1) Mengasihi Allah berarti mengasihi gerejaNya Ef 5:25

· Gereja Adalah tubuh Kristus

· Gereja Adalah pelaksana Missi Allah di dunia

2) Mengasihi Allah berarti memberi waktu untuk beribadah

· Tidak ada satupun hal yang dapat menghalangi untuk menyembah Allah

· Mencintai Rumah Allah

· Bersukacita saat beribadah:

o Bukan dipaksa atau terpaksa

o Bukan karena tidak ada kegiatan

· Berbakti di dalam Rumah Tuhan sesuai dengan tatacara yang telah diatur.

3) Mengasihi Allah dibuktikan dengan mengasihi sesama

· Kasih dinyatakan dengan perbuatan

· Allah tidak kelihatan tetapi kasih kita diwujudkan kepada ciptaanNya.

· Mengasihi adalah kewajiban---tidak mengasihi sesama berarti tidak mengasihi Allah.

4) Mengasihi Allah berarti mengasihi FirmanNya

· Respons terhadapa Firman Alaah (contoh:Daud)

· Mengutamakan lebih dari harta benda ( Mzm 119:127)

· Memberitakan Firman Allah kepada Sesama.

·

II. Mengasihi sesama/ciptaanNya

Mengasihi sesama adalah implementasi dari kasih kita terhadap Allah, kita tidak dapat mengatakan bahwa kita mengasihi Allah tetapi kita membenci sesame. Secara sederhana bahwa jika tidak ada air di dalam tong air maka tidak mungkin mengalirkan air melalui kran dari dalam tong tersebut. Mengasihi dimaksudkan di sini adalah “inner” dari dalam dan dilakukan bukan untuk dipertontonkan. Secara sederhana mengasihi itu dilakukan seperti di bawah ini.

III. Aplikasi sederhana

Seekor anak anjing yang kecil mungil sedang berjalan-jalan di ladang pemiliknya. Ketika dia mendekati kandang kuda, dia mendengar binatang besar itu memanggilnya. Kata kuda itu : "Kamu pasti masih baru di sini, cepat atau lambat kamu akan mengetahui kalau pemilik ladang ini mencintai saya lebih dari binatang lainnya, sebab saya bisa mengangkut banyak barang untuknya, saya kira binatang sekecil kamu tidak akan bernilai sama sekali baginya." Ujarnya dengan sinis.

Anjing kecil itu menundukkan kepalanya dan pergi, lalu dia mendengar seekor sapi di kandang sebelah berkata : "Saya adalah binatang yang paling terhormat di sini sebab nyonya di sini membuat keju dan mentega dari susu saya. Kamu tentu tidak berguna bagi keluarga di sini." dengan nada mencemooh.

Teriak seekor domba : "Hai sapi, kedudukanmu tidak lebih tinggi dari saya, saya memberi mantel bulu kepada pemilik ladang ini. Saya memberi kehangatan kepada seluruh keluarga. Tapi omonganmu soal anjing kecil itu, sepertinya kamu memang benar. Dia sama sekali tidak ada manfaatnya disini." Satu demi satu binatang di situ ikut serta dalam percakapan itu, sambil menceritakan betapa tingginya kedudukan mereka di ladang itu. Ayam pun berkata bagaimana dia telah memberikan telur, kucing bangga bagaimana dia telah mengenyahkan tikus-tikus pengerat dari ladang itu. Semua binatang sepakat kalau si anjing kecil itu adalah makhluk tak berguna dan tidak sanggup memberikan kontribusi apapun kepada keluarga itu. Terpukul oleh kecaman binatang-binatang lain, anjing kecil itu pergi ke tempat sepi dan mulai menangis menyesali nasibnya, sedih rasanya sudah yatim piatu, dianggap tak berguna, disingkirkan dari pergaulan lagi.

Ada seekor anjing tua di situ mendengar tangisan tersebut, lalu menyimak keluh kesah si anjing kecil itu. "Saya tidak dapat memberikan pelayanan kepada keluarga di sini, sayalah hewan yang paling tidak berguna di sini." Kata anjing tua itu : "Memang benar bahwa kamu terlalu kecil untuk menarik pedati, kamu tidak bisa memberikan telur, susu ataupun bulu, tetapi bodoh sekali jika kamu menangisi sesuatu yang tidak bisa kamu lakukan. Kamu harus menggunakan kemampuan yang diberikan oleh Sang Pencipta untuk membawa kegembiraan."

Malam itu ketika pemilik ladang baru pulang dan tampak amat lelah karena perjalanan jauh di panas terik matahari, anjing kecil itu lari menghampirinya, menjilat kakinya dan melompat ke pelukannya. Sambil menjatuhkan diri ke tanah, pemilik ladang dan anjing kecil itu berguling-guling di rumput disertai tawa ria. Akhirnya pemilik ladang itu memeluk dia erat- erat dan mengelus-elus kepalanya, serta berkata, "Meskipun saya pulang dalam keadaan letih, tapi rasanya semua jadi sirna, bila kau menyambutku semesra ini, kamu sungguh yang paling berharga di antara semua binatang di ladang ini, kecil kecil kamu telah mengerti artinya kasih.........

Moral of the Story :
Jangan sedih karena kamu tidak dapat melakukan sesuatu seperti orang lain karena mungkin memang tidak memiliki kemampuan untuk itu, tetapi apa yang dapat kamu lakukan, lakukanlah itu dengan sebaik-baiknya

Sabtu, 08 Oktober 2011

Prioritas hidup

Ringkasan Khotbah Tgl 09 Okt 2011 di GMI KabanJahe

Prioritas Hidup

Matius 22:1-14

Oleh: DS Pdt. T.M. Karo-karo,STh,MA

Ada banyak pilihan di dalam hidup kita, kadang-kadang kita tidak dapat membedakan yang terpenting dari banyak hal yang penting, yang terbaik dari banyak hal yang baik. Sehingga kerap kali kita salah prioritas—menentukan yang penting dan melepaskan yang paling penting.

Perikop ini bercerita tentang undangan kepada para undangan yang sdh ditentukan, tetapi para undangan berdalih, pada hakekatnya ada dua kelompok alasan:

· Ada yang tidak menghadiri undangan itu karena mementingkan hal-hal duniawi.

· Ada yang menunjukkan permusuhan: membunuh, menyiksa, menangkap hamba-hamba yang mengundang mereka.

Undangan itu sangat penting, sehingga tidak menjadi alasan bagi mereka untuk tidak hadir dalam pesta itu oleh karena hal-hal yang bisa dilakukan di kemudian hari; apalagi bagi orang-orang yang menunjukkan permusuhan.

Bukankah di dalam undangan ke gereja banyak alasan-alasan dari warga sehingga banyak mereka tidak datang?

· tidak bisa datang ke gereja karena harus menjaga rumah.

· tidak bisa ke gereja karena bekerja pada hari Minggu.

· tidak bisa ikut Kebaktian / Pemahaman Alkitab karena menjaga anak.

· sibuk bekerja, tidak ada waktu untuk Tuhan.

· keluarga / orang tua tidak mengijinkan untuk dibaptis, ke gereja, dll.

. Hal-hal yang baik bisa menghalangi kita untuk menerima hal yang terbaik.

Ladang, lembu, istri bukanlah hal yang berdosa. Mereka semua baik. Tetapi semua itu bisa menghalangi untuk menerima yang terbaik (pesta). Karena apa? Karena salah prioritas!

Demikian juga dalam dunia rohani. Milik saudara, pekerjaan saudara, keluarga saudara bukanlah sesuatu yang berdosa. Tetapi kalau itu saudara prioritaskan lebih dari keselamatan, maka semua itu menghalangi saudara untuk menerima yang terbaik.

Artinya ada Prioritas hidup.

Sebenarnya mereka yang tidak menghadiri Perjamuan Allah/Ibadah Minggu Maka kita sebenarnya:

· Mereka tidak menghargai keselamatan itu sendiri

· Mereka tidak menghargai Allah yang memberikan keselamatan.

Pakaian Pesta: Pengudusan—mengerjakan keselamatan

Dengan demikian, bagian ini merupakan peringatan bagi orang yang mengaku percaya kepada Yesus, pergi ke gereja dsb, tetapi hidupnya tetap brengsek / tidak berubah. Apakah saudara adalah orang yang seperti itu? Kalau ya, maka sama seperti orang itu, saudarapun akan dicampakkan keluar! Karena itu, bertobatlah sebelum terlambat!

Selamat Hari Minggu!

Jumat, 07 Oktober 2011

Khotbah di Konres

KHOTBAH PIMPINAN DISTRIK

PADA KONPERENSI RESORT PUTARAN I

DI SETIAP KONRES DISTRIK 3 WILAYAH I

Matius 5:13-16

”Menjadi Teladan dan Pembawa Kebaikan”

Oleh: DS Pdt. T.M. Karo-karo,STh,MA

Saudara/i peserta konperensi, yang dimaksudkan ”kamu” oleh Yesus dalam perikop ini adalah orang-orang yang percaya kepadaNya, kalau dalam konteks kini adalah orang Kristen. Jadi ketika Dia mengatakan ”kamu adalah garam dunia” atau ”kamu adalah terang dunia”, Dia menginginkan agar orang Kristen bisa menjadi teladan di tengah-tengah kuminitas hidupnya masing-masing. Menjadi teladan dalam setiap aspek kehidupan; dalam kelakuan dan moral dan bahkan di dalam sikap.

Dia mengharapkan kita menjadi insan yang berguna bagi dunia kita masing-masing, dan ketika kita tidak mempunyai arti bagi komunitas kita maka hakekat kita sebagai orang Kristen telah pudar dan tidak berarti—itulah yang dikatakanNya ”jika garam itu tidak asin lagi dengan apakah dia diasinkan-----selain dibuang dan diinjka orang”. Artinya kekristenan kita adalah kekritenan yang ”ecek-ecek’ tanpa arti dan tanpa makna. Jadi orang-orang Kristen adalah pembawa sinar dan pembawa perubahan di tengah-tengah dunia ini.

Coba kita renungkan, adakah gunanya atau faedahnya kehadiran ”gereja” kita di tengah-tengah kuminitas kita? Atau lebih sempit lagi adakah gunanya kehadiran kira sebagai orang kristen di tengah-tengah pemukiman kita? Kalau belum mari kita intropeksi diri.

Konres kita hari ini adalah konres ”program”. Tujuannya menyusun suatu progaran di gereja-gereja lokjal kita untuk setahun ke depan. Mari kita renungkan, program yang kita susun apakah itu mempunyai arti untuk perkembangan jemaat dan perkembangan kominitas hidup kita? Sebagai majelis, Lay Speaker, guru injil, pendeta adakah kita bisa jadi teladan bagi warga jemaat dalam segala hal?

Mari kita renungkan sambil kita berusaha memperbaiki diri kita. Selamat berkonperensi.

Distrik 3 Wilayah I, Oktober 2011